Kagerou, Batsubyoushimasu! Jilid 1 Bab 7 Bahasa Indonesia

Bab 7: Emas Dua

“Panpakapa~n!”

 Atago berteriak dengan keras sambil tersenyum seperti biasanya.

 Ia memimpin sebuah armada. Takao ada di belakangnya. Lalu ada empat bersaudari kelas Kongou di belakangnya lagi.

 Unit pasukan yang dikirim oleh Distrik Angkatan Laut Yokosuka. Armada kapal yang terdiri dari dua penjelajah berat dan empat kapal tempur cepat.

 Setelah membaca Surat Permohonan Izin Penggunaan Peralatan yang diselipkan di bawah pintu ruangannya, Atago langsung membangunkan Laksamana yang sedang tertidur dan mencubitnya karena ia mencoba menyentuh dadanya sambil setengah tertidur, lalu mendapatkan izinnya untuk menggunakan material reparasi instan. Setelah itu, ia langsung menempatkan Kongou bersaudari ke galangan setelah menunggu mereka kembali, memperbaiki peralatan mereka, lalu memberangkatkan mereka lagi.

 Kompasnya pun tidak meleset lagi. Jadi, saat ini, mereka sedang melaju menuju ke tempat Kagerou dan yang lain.

“Kalian berdua, terima kasih telah memandu kami ke sini. Sekarang kalian boleh mundur,” Takao berkata pada gadis kapal yang berlayar di sampingnya.

“Baik. Tapi tolong izinkan kami tinggal di sini sedikit lebih lama,” kata Ushio yang sedang menarik Akebono. “Teman-teman kami yang berharga masih bertempur.”

 Takao tersenyum.

“Tindakan yang mulia, namun, menyelamatkan teman yang terluka juga merupakan tugas yang terhormat. Gadis-gadis itu, kami akan bertanggung jawab membawa mereka pulang.”

“…Baik.”

 Ushio mengangguk, kemudian menarik Akebono dan mundur.

 Takao memberi sinyal pada Atago. Kemudian, Atago berteriak bahkan lebih keras.

“Kecepatan tempur keempat pada kedua sisi!”

 Mereka semua meningkatkan kecepatan mereka bersamaan.

 Haruna berkata sembari mengawasi ke depan, “Atago benar-benar suka mempekerjakan orang lain dengan kasar juga ya?[1] Langsung menyuruh kami untuk berangkat lagi, tidak dapat dipercaya.”

“Urusannya mendesak, jadi aku akan menyeret siapa pun yang sedang ada, mau itu Laksamana atau pun kapal tempur.”

 ‘Ufufu,’ Atago tertawa kecil. Haruna tersenyum.

“Gadis-gadis itu, kamu benar-benar menyayangi mereka, ya?”

“Ya. Mereka memanggilku ‘Kakak,’ jadi mereka saudari kecilku yang berharga.”

 Sebuah pertempuran sedang terjadi di depan mereka. Para gadis-gadis itu mengurung gerombolan Armada Laut Dalam dengan cipratan air.

“Musuh: Armada Laut Dalam, memasuki jarak tembak. Aku siap menyerang kapan saja~,” kata Kongou.

 Hiei pun menyesuaikan arah bidikannya. “Kita tidak bisa bertempur karena kompasnya tadi! Aku jadi bersemangat! Beriap-siaplah!”[2]

 Kirishima menyipitkan matanya untuk mengecek sebelum berkata pada Atago, “Buka seluruh penutup meriamnya. Seluruh persiapan selesai. Atago, kita akan mulai menembak begitu kamu memberi tanda.”

“Oke~. Aku paham.”

 Atago mengarahkan tubuhnya ke Armada Laut Dalam, lalu berteriak dengan keras, “Mulai menembak—!!”

 Peluru raksasa terlontarkan dari gabungan laras meriam yang berkumpul dan melesat melengkung di langit sebelum jatuh menyambar para Armada Laut Dalam.


 Cipratan air menjulang di depan mata Kagerou.

 Bukan milik musuh. Melainkan milik rekan. Apalagi, cipratan airnya muncul karena peluru 35.6cm yang ditembakkan meriam kapal tempur. Suara ledakannya bergemuruh dan menyelimuti Armada Laut Dalam.

 Kagerou menoleh ke belakang. Ada Atago dan Takao di sana. Lalu, empat bersaudari kelas Kongou. Kagerou belum pernah merasa se-nyaman ini mendengar suara dentuman tembakan meriam kapal tempur.

”Semuanya! Atago-san dan yang lain ada di sini, mereka datang untuk membantu kita!”

 Para gadis kapal perusak bersorak.

“Mundurlah jika kalian terluka! Aku akan mengalahkan mereka!”

Aku juga, biarkan aku ikut!” Satsuki mengangkat tangannya.

 Di sampingnya, Nagatsuki juga berkata, “Mundur sekarang hanya akan mempermalukan reputasi kapal perusak.”

“…Ayo…lakukan…”

 Kagerou mengangguk bersemangat mendengar kata-kata Arare.

“Baiklah, ayo lakukan sekali lagi!”

 Serangan Atago dan yang lain membuat Armada Laut Dalam kacau balau. 'Kalau mau melakukannya, sekaranglah saatnya,’ jiwa kapal perusak mereka seakan membisiki.

 Sebuah kapal perusak kelas Ro terbelah menjadi dua setelah terkena peluru Kongou. Sekitarnya terkena dampak dari ledakannya. Ketika itu sedang terjadi, Kagerou dan yang lain melaju melewatinya dengan cepat dan tangkas.

 Satsuki dan Nagatsuki menembakkan meriam 12cm mereka tanpa henti. Mereka mengenai kapal penjelajah ringan kelas He yang terpisah sendirian satu demi satu, menenggelamkan mereka dengan kobaran api.

“Nagatsuki, kamu sekarang hebat menembak, ya?!”

“Tembakanku tidak akan meleset satu pun sekarang!”

 Nagatsuki terus menerus menembak dengan akurasi yang tak tertandingi, sementara Satsuki mempermainkan musuh dengan bergerak dari kanan ke kiri menghindari serangan mereka.

 Sementara itu, Kagerou dan Arare bergerak menuju sasaran yang paling besar.

 Sekeliling mereka hanya dipenuhi oleh cipratan air. Serangannya sangat intens sampai tidak dapat dibandingkan dengan area yang lain. Kagerou tidak takut. Ia mempertajam indranya, menghindari serangan dengan kecepatan refleks yang tidak dapat dipercaya. Semuanya demi mengalahkan musuh. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang gadis kapal perusak.

 Kecepatan rotasi mesin utamanya telah mencapai tingkat maksimal. Suaranya menderu seakan menuruti sang pemilik. Mereka mengeluarkan tenaga pada kaki mereka dan menerobos melewati ombak, kedua kapal perusak tersebut melaju ke depan.

“Itu dia!”

 Kagerou menunjuk ke arah sang kapal tempur kelas Ru.

“Ayo serang dia. Kalau kita menenggelamkannya, yang lain akan berpencar kabur!”

 Hanya ada satu cara bagi kapal perusak untuk melawan kapal tempur, yaitu dengan menggunakan senjata mematikan yang mereka bawa di punggung mereka. Mereka telah menembakkannya sebelumnya, namun kedua gadis itu masih memilikinya. Kelas Asashio dan kelas Kagerou dilengkapi dengan alat pengisi ulang torpedo. Mekanisme berharga yang membuat mereka dapat mengisi ulang torpedo bahkan dalam pertempuran.

“Isi ulang kedua!”

 Torpedo kembali terpasang di dalam peluncur mereka. Suara bel penanda proses isi ulang selesai berbunyi.

 Sang kapal tempur kelas Ru mengaum. Armada Laut Dalam bergerak mengelilinginya. Mereka dihujani peluru Atago dan Takao. Beberapa kapal perusak kelas Ro pun tenggelam.

 Di antara gelombak ombaknya, muncul sesosok Armada Laut Dalam yang berbeda.

“15 derajat ke kanan! Kapal penjelajah torpedo kelas Chi!”

 Arare merubah haluannya setelah mendengar suara Satsuki.

“…Takkan kubiarkan…”

 Arare meluncurkan torpedonya. Hulu ledak yang terpasang di ujung tombak yang dapat menghancurkan musuh dalam sekali serang itu menyelam dan melesat lurus. Kali ini, pengaktif ledakannya bekerja dengan benar. Torpedonya meledak ketika membentur sang penjelajah kelas Chi dan menenggelamkannya ke dasar laut.

“Maju! Kagerou!” Nagatsuki berteriak. “Tepat di depanmu!”

 Sosok kapal tempur kelas Ru menjadi semakin besar. Dia memelototi Kagerou, penuh rasa benci.

 Peluru 16 inci berjatuhan. Kagerou menghindarinya tepat sebelum mengenainya. Tubuhnya terselimuti air laut, fragmen pecahan menghujaninya di mana-mana, namun ia tidak akan pernah merubah haluannya.

 Aku akan menenggelamkan kapal tempur itu.

 Sang kapal tempur kelas Ru membombardirnya. Tekanan udara menggores pipinya. Lalu, sekali lagi ia akan diserang, kali ini, laras meriam di bahu sang kapal tempur kelas Ru mengarah ke kepala Kagerou.

 Suara dentuman tembakan bergema. Sang kelas Ru sempoyongan. Serangan Hiei dan Haruna mengenainya. Sang kelas Ru kehilangan keseimbangan, lalu laras meriamnya mengarah ke tempat lain.

“Tembak—!!” Kagerou berteriak.

 Ia meluncurkan torpedonya dan berbalik arah pada saat yang sama. Lalu, suara ledakan torpedo bergaung.

 Sang kapal tempur kelas Ru terbakar kobaran api. Ia terjatuh ke belakang, meledak setelah amunisinya terpicu.

G̷͎͉̹͚̀̃͑R̷͔̙̥̈́Ȏ̴͈͊̽́Â̶̹̰̥͓͛̀̅A̵̙̣̣̓̿Ḁ̶̢̦́̈́̄…̸͓̑̉̈̀…̶̡̧̃͝

 Ia meraung menderita. Kemudian menjadi semakin kecil, mencerai-beraikan Armada Laut Dalam yang lain.

 Seluruh pertempurannya usai begitu ia berubah menjadi puing-puing laut.



 Kagerou dan yang lain kembali ke pelabuhan Yokosuka.

 Mereka mengantar Akebono langsung ke galangan. Kongou memberitahu mereka, “Di dalam sudah dikosongkan kok, jadi santai saja~,” kurang lebih begitu katanya.

 Tentunya, mereka tidak disambut dengan tepuk tangan atau pertunjukan orkestra. Fakta bahwa mereka pergi dan melanggar perintah tidak berubah. Namun, banyak gadis kapal yang datang bergantian untuk melihat Kagerou dan yang lain, beberapa merasa lega, beberapa mengangguk mendukung, dan beberapa melakukan pose mengepalkan tangan.

 Karena Latihan Spesialnya dihentikan di pertengahan, urutan peringkatnya belum ditentukan. Beberapa gadis kapal merasa lega karena mereka tidak akan perlu memanggil Atago “Kakak.”

 Setelah istirahat sejenak, Kagerou dan yang lain dipanggil ke ruangan Atago.

 Atago sedang mengibas-ngibaskan Surat Izin Penggunaan Peralatan di tangannya.

“Terlalu jujur memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri ya? Karena kalian melakukan ini, aku jadi bisa menolong kalian.”

 Ia melirik ke lembaran kertas itu. Ia masih memasang wajah tersenyum dan memiliki aura yang sedikit aneh seperti biasa, yang membuatnya menjadi lebih menyeramkan. Punggung Kagerou dipenuhi keringat.

“Ah, em…”

“Aku pergi menyelamatkan kalian karena aku menyadari kertas ini ada di ruanganku, tapi itu artinya aku juga menyadari bahwa kalian semua melanggar perintahku. Kalian tidak akan ketahuan melanggar perintahku kalau kalian tidak melakukannya, tapi mungkin kalian saat ini sudah menjadi rongsokan di laut.”[3]

“Ya…” Kagerou menundukkan kepalanya.

 Atago meletakkan lembaran kertasnya di mejanya.

“Baiklah, sekarang tentang hukuman kalian.”

“Aku akan menerimanya,” Kagerou seketika berkata. “Aku adalah kapal pimpinan dari Divisi Perusak ke-14, jadi segalanya adalah tanggung jawabku. Oleh karena itu, aku akan menerima dijadikan tahanan rumah.”

“Tidak! Akulah yang pertama kali mengusulkan untuk menolong Akebono-chan! Jadi seharusnya hanya aku yang bertanggung jawab!” kata Ushio, mendorong Kagerou ke samping.

 Nagatsuki melangkah ke depan seakan ingin melindungi keduanya.

“Kami tidak dapat menyebut diri kami sebagai gadis kapal jika kami tidak dapat melindungi teman kami. Aku akan menanggung seluruh kesalahan kami, jadi Anda dapat membongkarku atau melakukan apapun padaku.”

Aku aku, biarkan aku yang masuk rumah tahanan! Lagipula aku ingin mencoba masuk rumah tahanan setidaknya sekali!”

“…Aku tidak keberatan…tahanan rumah…atau bahkan penjara…semuanya OK…”

 Satsuki mengayun-ayunkan tangannya, dan Arare bahkan menjadi asertif.

 Atago memasang ekspresi yang seakan mengatakan, ‘Ini merepotkan.’

“Hm, benar juga. Semuanya terjadi karena Akebono-chan berangkat pergi tanpa izin, jadi mari mulai dari—”

 Semuanya merespon dengan jawaban yang sama mendengar kata-kata tersebut, “Akebono tidak ada hubungannya dengan ini!”

 Mata tareme Atago menjadi semakin terkulai.[4]

“Ya ampun…” Kagerou menegakkan punggungnya. “Tolong biarkan kami menerima hukumannya.”

“...Yah, baiklah kalau begitu, kalian akan menjadi tahanan rumah untuk sementara waktu. Aku akan mengizinkan kalian keluar masuk asrama kapal perusak dan galangan, tapi jangan pergi ke mana pun selain kedua tempat itu.”

“Baik. Lalu apa lagi?”

“Hukuman kalian hanya itu.”

 Kagerou mengerjap-ngerjapkan matanya mendengar kata-kata Atago.

“Anu… Bagaimana dengan barak penahanan atau pengadilan militernnya…?”[5]

“Kamu ingin diadili?”

“T-tidak. Tidak sama sekali.”

“Kalau begitu, itu saja.”

 Anggota Divisi Perusak ke-14 menatap dengan heran. Atago memperingatkan mereka, “Ini hanya untuk kali ini saja. Kalau kalian melakukannya lagi, aku tidak akan mengizinkan kalian memanggilku 'Kakak' lagi.”

 Kagerou ingin mengatakan, ‘Aku tidak keberatan kalau itu.’ Atago melirik ke arah jam di dinding.

“Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita berangkat?”

“Ke mana?”

“Sepertinya orang-orang dari konvoi kapalnya ingin memberikan surat terima kasih kepada kapal perusak yang pemberani dan rekan-rekan di divisi perusaknya. Mereka terus menerus menyampaikan rasa terima kasih mereka, lho.”

 Lalu Atago tersenyum.

“Kerja bagus. Kapal perusak memanglah kebanggaan kita.”

 Mendengar pujian tersebut, Kagerou nyaris gagal menahan diri untuk tidak melompat gembira.



 Di galangan, atau juga dikenal sebagai Fasilitas Perawatan Medis Khusus Gadis Kapal. Kagerou dan yang lain memasuki ruangan yang memiliki label ‘Satu’ di pintunya.

 Penghuni ruangan tersebut adalah Akebono. Mereka sedang menjenguknya.

“Apa kau tidak bosan datang hanya untuk melihat wajahku setiap hari?”

 Kagerou menjawab pertanyaan Akebono dengan tersenyum ramah, “Tidak sama sekali kok, Akebono 'kan manis.”

“Hmph. Konyol,” balasnya, wajahnya memerah.

 Ruangannya dipenuhi dengan karangan bunga dan buah-buahan pemberian orang-orang yang telah menjenguknya. Beberapa diberikan oleh orang-orang dari konvoi kapal yang ia selamatkan, beberapa dari kapal tempur, kapal penjelajah, dan bahkan dari para kapal induk.

 Pemberian dari divisi perusak lain biasanya terlampir dengan kartu ucapan. ‘Semoga lancar pulih di galangan. Cepat sembuh,’ ‘Kepada gadis menyebalkan yang pemberani,’ ‘Untuk memperingati mereka yang rusak berat. Dipersembahkan untuk kapal perusak yang heroik,' dan semacamnya tertulis pada kartu pesannya, yang menunjukkan kepedulian yang tak biasa dari divisi perusak lain kepadanya.

 Seorang gadis kapal yang pemberani selalu dihormati.

 Hal itu juga berlaku terhadap Akebono.

 Kagerou melihat ke sekitarnya.

“Lho, Akebono ternyata lebih populer dari yang aku duga.”

“Mana mungkin. Kalau mereka benar-benar peduli kepadaku, mereka seharusnya memberikan material reparasi instan padaku, 'kan?”

“Itu karena mereka ingin Akebono beristirahat dengan nyaman.”

“Aku yakin mereka kecewa karena aku tidak tenggelam.”

 Akebono memalingkan muka, mungkin karena ingin menyembunyikan rasa malunya.

“Aku…tidak yakin dengan itu…” Arare berkata sembari mengupas apel yang dihadiahkan pada Akebono. “Para gadis kapal perusak itu…sangat menyanjungmu…karena…Akebono menahan Armada Laut Dalam sendirian…agar konvoinya dapat terselamatkan… Beberapa gadis…bahkan sangat antusias…mengatakan bahwa…selanjutnya adalah giliran mereka…”

 Mendengarnya, Akebono semakin memalingkan mukanya.

“Hanya seorang idiot yang akan melakukan hal semacam itu. Kalian yang mengikutiku juga idiot.”

“Kami…tidak akan bisa menyelamatkan Akebono…kalau kami bukan idiot…”

“Kau sekarang bisa bicara seperti itu ya? Kapal perusak memang benar-benar berisi orang-orang gila dan bermulut kasar rupanya.”

 Semuanya menatapnya dengan senyuman lebar.

“Ngomong-ngomong, kapal perusak lain meminta kami untuk menceritakan bagaimana pertempurannya,” kata Nagatsuki setelah berdeham. “Aku kebingungan untuk memilih bagian mana yang harus ku tunjukkan pada mereka. Menurutku, sepertinya memang lebih baik jika aku menceritakan tentang peran Akebono yang sangat hebat, begitulah pikirku…”

“Kau tidak perlu menceritakan hal-hal yang tidak penting. Cukup katakan saja kalau seorang kapal perusak bodoh bertempur sendirian lalu berakhir babak belur dan menjadi bahan tertawaan, tidak masalah 'kan?”

“Itu namanya memalsukan fakta. Sudah kuduga, aku harus menceritakannya hal sesungguhnya.”

“Tidak perlu sama persis, buat saja seperti cerita lelucon untuk pesta makan malam.”

 Saat itu juga, Satsuki mengangkat tangannya.

Aku! Aku! Aku bisa menirukan adegannya pada saat itu lho!”

 Satsuki berbaring telentang di lantai, kemudian mengayun-ayunkan anggota tubuhnya serampangan.

“Kagerou dan yang lain bisa mati tau?! Aku tidak mau semuanya mati!”

“Haaah!?”

 Akebono yang seharusnya berbaring terluka seketika terbangun.

“Apa-apaan maksudnya itu?!”

 Nagatsuki mengangguk sembari menyilangkan lengannya.

“Akebono, kamu yang menyuruh untuk membuatnya menjadi seperti lelucon. Kita bisa mereka ulang kejadiannya seakurat mungkin karena kita bisa saling mencocokkan ingatan kita satu sama lain. Aku berniat untuk menceritakannya pada mereka dengan menekankan adegan-adegan semacam ini.”

“Hentikan!”

“Adegan tiruan ini, pergerakan kakinya sangat bagus.”

 Satsuki masih memukul-mukulkan anggota tubuhnya ke lantai. Caranya memerankan seorang gadis kecil egois yang rewel entah mengapa sangat terampil.

“Semua yang kusayangi akan mati! Padahal aku menyayangi mereka!”

“Memangnya aku bilang begitu?!”

“Memang sedikit berlebihan, tapi itulah mengapa ini disebut hiburan,” Nagatsuki menanggapinya dengan serius. Ushio ikut bergabung sembari tersenyum dan memegang tangan Satsuki.

“Akebono-chan, apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?!”

“Aku tidak mau mereka mati! Aku tidak mau mereka mati!”

“Caramu memegang tangan Ushio di sini sangatlah mengagumkan.”

“Bodoooh!!”

 Akebono menarik selimutnya untuk menutupi kepalanya sembari berteriak dengan wajahnya yang memerah. Kagerou dan Arare tertawa terbahak-bahak menonton kejadian tersebut.



 Kagerou menggoyang-goyangkan tubuh Akebono. “Hei Akebono, bagian terbaiknya mulai dari sini.”

“Berisik! Inilah kenapa aku benci dekat-dekat dengan para kapal perusak! Semuanya idiot! Berlagak sok dekat! Mengatakan hal konyol tentang pertemanan atau persahabatan setiap saat! Pokoknya…bagi seseorang sepertiku…”

 Sebuah suara yang pelan terdengar dari dalam selimut.

“Tapi… Terima kasih.”

 Kata-kata tersebut secara alami dapat didengar oleh semuanya.



“Saya izin masuk.”

 Di dalam bangunan cetakan kantor Laksamana. Atago memasuki ruangan dan memberi hormat pada Laksamana.

“Terima kasih atas kerja kerasnya,” kata seorang pria yang duduk dengan santai di atas kursi. “Aku lega konvoinya selamat. Bagaimana dengan para kapal perusaknya?”

“Satu rusak berat. Sisanya hanya luka ringan.”

“Biarkan dia beristirahat di galangan. Dia kapal yang patut dipuji. Tolong ambilkan aku Surat Izin Penggunaan Peralatan dan Surat Kewenangan Pemberangkatan-nya setelah kamu memundurkan tanggal dan waktunya.[6] Aku akan menandatanganinya tanpa melihat isinya.”

 Setelah mengatakan hal tersebut, ia melirik Atago.

“Toh, kamu sudah menyiapkannya 'kan.”

“Ya.”

 Atago menyerahkan tumpukan kertas yang ia sembunyikan di belakangnya.

 Sang Laksamana menandatanganinya satu demi satu. Atago menontonnya dengan tersenyum.

“Insiden ini sepertinya telah membuat Divisi Perusak ke-14 menjadi semakin akrab.”

“Senang mendengarnya.”

“Lagipula, Laksamana memang sangat khawatir dengan Akebono-chan yang selalu menyendiri bukan?”

“Yah, soalnya divisi perusak adalah pondasi utama sebuah distrik angkatan laut.”

“Sepertinya Anda tidak perlu lagi untuk menyuruhnya membombardir bangunan kantor ya.”

“Membiarkannya sendiri tanpa melakukan apapun hanya akan membuatnya depresi. Lagipula, hal itu juga merupakan kesempatan yang bagus untukku agar dimanjakan oleh kapal tempur dan kapal induk.”

 Ia mengembalikan dokumen yang ia telah ia tanda tangani kepada Atago.

“Kuserahkan padamu untuk mengirimkannya pada para atasan.”

“Baik. Barusan ada yang menelepon, masih belum saya angkat.”

“Tolong angkat, nanti akan kuterima. Bagaimana kalau kita makan malam berdua kali ini?”

“Anda mengatakan hal yang sama pada Tatsuta-san baru-baru ini bukan? Maaf, tapi saya harus menolak, terima kasih.”

 Atago langsung menolak dengan tegas, lalu keluar dari ruangan.

 Sang Laksamana mengangkat bahunya, lalu mengambil gagang telepon. Komunikasinya tersambung setelah perangkat enkripsinya mematikan beberapa mesin penyadap yang tersambung pada teleponnya.

“…Ah, ini aku. Terima kasih telah mengirimkan Kagerou ke sini, dia sangat membantu. Dia benar-benar membawa hasil yang baik seperti yang kudengar. Dengan adanya dia, divisi perusak kami jadi sempurna… Apa? Kembalikan? Jangan konyol, dia sudah betah dengan perairan Distrik Yoko. Bahkan jika memang boleh, aku tetap tidak akan mengembalikannya padamu.”

 Ia tertawa, kemudian memelankan suaranya.

“Ada yang ingin kutanyakan. Ini tentang daerah aktivitas Armada Laut Dalam. Baru-baru ini, penyergapan konvoi terjadi di jalur yang seharusnya aman dari kemunculan Armada Laut Dalam. Kami berhasil mengatasinya, tapi...bagaimana denganmu di sana? ...Ah, sudah kuduga.”

 Sang Laksamana mengangguk kecil.

“Apa Armada Laut Dalam akan datang? Mereka melanjutkan aktivitas mereka lho. …Ngomong-ngomong, aku jadi ingat, aku akan ke sana pada kunjunganku yang selanjutnya. Sampai jumpa di sana.”

 Gagang teleponnya masih belum diletakkan. Percakapan keduanya berlanjut.

 Ombak Yokosuka berkilauan di bawah sinar matahari. Dermaganya basah diterjang ombak yang datang dan pergi.

 Dan lautnya pun, masih tenang dan tetap sunyi.


Bersambung.





[1]: Hitozukai, orang yang suka mempekerjakan orang lain dengan kasar dan berat, biasanya tanpa upah yang layak.

[2]: Sebuah referensi terhadap kalimat yang dikatakan Hiei di dalam game ketika bergabung dengan armada.

[3]: Secara harfiah artinya ‘potongan-potongan rumput laut’ yang menjadi sebuah kiasan untuk kematian di laut. Kurang lebih maksudnya ‘Kalian mungkin sudah mati sekarang.’

[4]: Mata tareme adalah jenis mata yang tidak menajam pada bagian ujung terluarnya, jadi garis bulu matanya hanya seperti melengkung tanpa membentuk sudut tajam. Di sini maksudnya bentuk garis bulu matanya semakin melingkar. Kurang lebih seperti ini.

[5]: Di sini, penahanan yang dimaksud adalah penahanan dalam sebuah barak atau ruangan yang dikhususkan untuk pelanggar, sementara yang Atago berikan hanyalah larangan bepergian selain kedua tempat tersebut.

[6]: Memalsukan tanggal dan waktu yang seharusnya tertulis menjadi lebih awal.

No comments:

Post a Comment