Kagerou, Batsubyoushimasu! Jilid 1 Bab 5 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 5: Kayu


Bagian 2


 Kemudian, pada hari Latihan Spesialnya.

 Cuacanya mendung hari ini. Menurut stasiun cuaca distrik angkatan lautnya, cuacanya akan mendung penuh seharian. Ombaknya akan sedikit lebih tinggi. Karena kemungkinan hujannya tidak diketahui, jangan lupa untuk membawa payung ketika pergi keluar, katanya. 

 Basah-basahan merupakan urusan para gadis kapal, apalagi seluruh tubuh mereka akan menjadi asin terkena air laut. Rambut mereka yang terselimuti garam akan sering terlihat seperti rumput laut wakame. Sebaliknya, hujan biasa malah disambut dengan baik oleh para gadis kapal. Oleh karena itu, banyak gadis yang tidak membawa payung mereka.

 Mereka tentu saja tidak akan membawa payung ketika melakukan misi. Mereka akan tetap siap melakukan tugas mereka meski akan basah kuyup tanpa memedulikan adanya topan atau badai. 

 Kagerou melihat ke atas. Awannya masih tinggi. Sepertinya tidak akan hujan untuk sementara. 

“…Aku ingin tau kenapa aku malah mencemaskan cuacanya…”

 Ia menggumam pada dirinya sendiri. Sebenarnya, ia sendiri mengetahui alasannya. 

 Itu karena ia sedang cemas. Ia ingin mengalihkan pikirannya entah bagaimana. Ia memang mengkonsentrasikan pikirannya ketika berlatih, namun latihannya sendiri tidak bisa dibilang berjalan dengan cukup lancar. Latihannya terus menerus gagal, dan mereka bahkan berkelahi di depan Atago dan para kapal tempur. 

 Apa ini cukup untuk meraih posisi pertama?

 Kagerou menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak, kenapa aku malah menjadi pesimis? Paling tidak, rasa pertemanan kita telah meningkat. Kecuali dengan Akebono, sih. Kalau semuanya bekerja sama, kita pasti bisa mendapatkan hasil yang bagus. Kecuali Akebono, sih. 

 Ia menengok ke belakang. Anggota Divisi Perusak ke-14 berbaris di belakangnya. Akebono satu-satunya yang memalingkan mukanya seperti biasa, namun dia memang seperti itu, jadi mau bagaimana lagi.

“… Kamu…masih mau bersama dengan kami ya?”

“Hmph…”

 Akebono mendengus.

“Memangnya tidak boleh?”

 Atago sedang duduk di atas semacam bangku penjaga pantai. Ia memeriksa jam tangannya beberapa kali dan menuliskan sesuatu di buku catatan yang ia bawa. 

 Ada ombak putih muncul di depan. Sebuah divisi perusak telah kembali. Atago menyalakan mikrofon genggamnya.

“Silahkan naik. Skornya sedang dihitung.”

 Beberapa saat setelah mengatakan hal tersebut, Atago berbicara kembali dengan mikrofon genggamnya. 

“Ini hasil untuk Divisi Perusak ke-6.[1] 220 poin.”

 Penontonnya berteriak heboh. Itu merupakan skor tertinggi sejauh ini.

 Seseorang bahka mengatakan “Divisi Perusak ke-6 memang hebat.” Mereka memang merupakan gadis-gadis teladan di antara para gadis kapal perusak di Distrik Angkatan Laut Yokosuka.

 Beberapa divisi perusak telah berangkat menuju laut di sekitar distrik angkatan laut dalam waktu yang berbeda-beda. Giliran latihan Kagerou dan kelompoknya adalah setelah ini.

“Selanjutnya. Divisi Perusak ke-14.”

“Ya!”

 Kagerou menjawab dengan melompat berdiri setelah dipanggil oleh Atago.

“Silahkan berangkat.”

 Mendengar hal tersebut, Kagerou melihat ke arah wajah yang lainnya.

“Kita akan berlayar! Ayo!”

 Semuanya bergerak dari dermaga menuju laut. Mereka menginjakkan kakinya di atas permukaan laut.

“Kedua mesin maju standar!”

 Setiap anggota Divisi Perusak ke-14 bergerak maju menunggangi ombak.

 Latihan Spesial ini sederhananya hanya tentang mengawal konvoi. Mereka harus melindungi konvoi yang akan mereka temui nanti hingga mereka kembali ke distrik angkatan laut.

 Tentu saja isi latihannya tidak hanya seperti itu. Gadis kapal yang ditugaskan untuk memainkan peran musuh akan bersembunyi menunggu mereka dalam perjalanan mereka kembali dan melakukan serangan dadakan dengan benar-benar menembaki mereka. Kuncinya adalah bagaimana mereka mengawal konvoinya dari serangan hingga mereka berhasil kembali.

 Akan ada pengawas latihan di antara para gadis kapal yang akan mengamati pergerakan para divisi perusak tersebut dengan teliti. Dan juga, karena konvoinya telah diberitahu tentang latihannya sebelumnya, mereka akan secara sengaja memberikan instruksi yang menyesatkan untuk membuat peserta latihannya kebingungan. Beberapa di antaranya bahkan bersekongkol dengan ‘Bagaimana cara kita membuat kapal perusak pengawalnya tercengang?’ Di lain waktu, mereka akan memberikan permintaan konyol seperti ‘Tolong jangan melakukan gerakan menghindar karena anak-anak ayam di dalam kargonya bisa mati karena stres,’ atau melaporkan sesuatu semacam ‘Ada lebih dari dua puluh ibu hamil di dalam konvoinya, dan semuanya melahirkan ketika serangan torpedo terjadi.

 Gadis kapal yang ditugaskan untuk memainkan peran musuh juga banyak yang merias wajah mereka menjadi pucat dan mengenakan mantel hitam pada tubuh mereka tanpa rasa takut. Mereka juga akan mencoba mengaum layaknya Armada Laut Dalam dari waktu ke waktu, sehingga mereka terlihat seperti makhluk aslinya.

“Siapa yang akan berperan sebagai musuh untuk kita?”

 Mendengar pertanyaan Satsuki, Kagerou mencoba mengingat apa yang diberitahukan padanya sebelumnya.

“Kalau tidak salah, sepertinya kelas Kongou bersaudari.”

“Para kapal tempur?”

 Satsuki terkejut. Nagatsuki yang berada di sampingnya juga tidak menyangkanya.

“Padahal mereka telah melihat apa yang telah kita lakukan di lain hari, namun mereka masih mau memerankan musuh untuk kita ya.”

“Apa mereka mau menghukum kita ya?” 

“Lagipula, kapal tempur cepat muncul untuk menyerang konvoi sudah merupakan hal yang aneh. Mereka 'kan bukan kapal tempur mini.”[2]

“Ini pasti tentang bagaimana caranya kita dapat merespon terhadap segala jenis situasi, bukan?”

 Meski Kagerou menjawab demikian, ia sendiri juga tidak mengetahui kebenarannya. Mungkin mereka memang suka melakukannya, pikirnya.

 Ia sekilas melihat ke arah Akebono. Gadis itu masih tetap diam. Bahkan setelah perkelahian mereka, dia satu-satunya orang yang dengan keras kepala tidak mau membuka diri.

 Aku bersyukur karena dia tidak bermalas-malasan, tapi sekarang bagaimana caranya kita bersatu sebagai sebuah divisi perusak untuk mendapatkan peringkat pertama?

 Selama beberapa saat, Kagerou merenungkan hal tersebut sambil menyilangkan tangannya, sehingga ia tidak mendengar Satsuki yang memanggilnya.

“Hei Kagerou, hei, kamu dengar tidak sih?”

“… Eh? Ah, maaf.”

“Kita sudah sampai ke tempat mulai latihannya belum sih?”

 Kagerou buru-buru memeriksa peta lautnya. Dan benar, mereka memang telah mencapai titik mulai latihannya. 

 Mereka menghentikan mesin utama mereka. Hampir tidak ada angin di sana, dan tidak ada seorang pun di lautan yang luas itu kecuali Kagerou dan kelompoknya.

 Mereka menunggu untuk sementara.

 Mereka terus menunggu, namun konvoinya tidak pernah datang.

 Ia melihat ke sekelilingnya, namun tidak ada figur atau pun siluet apapun di sekitar. Ia meluruskan punggungnya dan melihat sejauh yang ia mampu, namun ia bahkan tidak dapat menemukan seekor burung camar, apalagi kapal kargo.

 Kagerou bergumam, “Kenapa ya…”

“Apa mereka mempermainkan kita ya,” Satsuki tedengar kecewa. 

 Meski menyedihkan, ia tidak bisa menyangkal pernyataannya.

“Arare, bisakah kau menghubungi Distrik Yoko dan menanyakan apa yang terjadi?” 

“… Untuk sementara…seharusnya…kita dalam kondisi radio hening[3]…kalau tidak…kita bisa terkena hukuman…”

“Kita tidak bisa melakukan latihannya kalau terus seperti ini.”

 Memahami situasinya, Arare kemudian memulai transmisi radio dengan distrik angkatan laut dengan wajah tanpa ekspresinya.

 Setelah menjawab beberapa kali dengan suara kecilnya, Arare melapor ke Kagerou.

“… Kita diperintahkan…untuk kembali…”

“Ah, seperti yang sudah aku duga, latihannya telah dimulai, kita memang dijebak, ya.”

 Arare menggelengkan kepalanya.

“Bukan, entah mengapa…konvoinya terkena serangan sungguhan…jadi latihannya dihentikan sementara…”

“Eeh!?”

 Terkejut, Kagerou mencoba mengirimkan tranmisinya sendiri untuk mengkonfirmasi situasinya.

 Apa yang dikatakan Arare benar-benar terjadi. Situasinya di Distrik Angkatan Laut Yokosuka benar-benar menjadi kacau. 

 Konvoi yang seharusnya dikawal oleh Divisi Perusak ke-14 berjumlah cukup banyak dan dipenuhi oleh sumber daya dan bahan bakar sungguhan. Mereka diminta untuk mengambil rute yang aman dan meminjamkan sedikit sumber daya mereka untuk digunakan dalam latihannya.

 Mereka diserang oleh Armada Laut Dalam yang seharusnya tidak muncul di area sekitar. Sepertinya, kru konvoinya awalnya mengira itu merupakan sebuah lelucon yang rumit.

 Untungnya, Armada Laut Dalam yang menyerang mereka hanya berjumlah sedikit karena merupakan pasukan pengintai. Namun, pasukan utamanya cepat atau lambat pasti akan menyerang setelah menerima informasi dari pengintainya. Karena konvoinya tidak ingin mempertaruhkan hidup mereka, mereka mengevakuasi diri mereka dengan kecepatan penuh sembari menyebarkan sinyal darurat di mana-mana.

 Ini bukan lagi merupakan sebuah latihan. Divisi Perusak ke-14 diperintahkan untuk kembali, sementara Distrik Angkatan Laut Yokosuka mengirimkan armada untuk menangkal serangannya.

 Kagerou menjelaskan situasinya dengan singkat kepada yang lainnya.

 Yang mengherankan adalah Akebono merupakan orang pertama yang langsung memahami situasinya.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang? Di mana lokasi penyerangannya?”

 Kagerou tersentak, namun kemudian menjawab, “Tunggu sebentar. …Konvoinya sekarang sedang mengevakuasi diri. Sisa transmisinya tidak begitu jelas.” 

 Transmisinya dikirimkan dari Yokosuka melalui kapal bantu penyambung komunikasi.[4] Ada banyak gangguan dari waktu ke waktu, sehingga ia tidak dapat memahami situasinya dengan jelas.

“Dari yang bisa aku dengar, sepertinya kelas Kongou bersaudari akan melakukan serangan balik. Aku tidak tahu di mana lokasi pastinya. Mungkin kita bisa mengira-ngira posisinya dengan mendengarkan transmisi di sekitar Kanal Komunikasi ke-3, kurasa.”

“Jadi tidak ada hal yang harus kita lakukan sekarang?” kata Nagatsuki.

 Kagerou mengiyakan, “Yap. Latihannya dihentikan sementara, jadi kita tidak perlu lagi menunggu diam di sini. Ayo kembali.”

 Kagerou menyalakan mesin utamanya.

“Atur haluannya ke Yokosuka… Lho, tunggu.”

 Ia berbalik badan.

 Yang lainnya sedang berbaris, namun Akebono tetap diam sendirian di belakang.

 Kagerou merasa heran dengannya. Apa gadis ini rupanya memang ingin bermalas-malasan?

“Jangan hanya diam saja.”

 Akebono mencoba mengatakan sesuatu dengan nada bicara yang ragu-ragu namun penuh tekad, yang merupakan hal yang tidak biasa ia lakukan.

“… Hei, Kagerou. Kalau misalnya, misalnya saja, aku bilang kalau kita sebaiknya ikut pergi untuk menangkal serangannya, apa yang akan kau lakukan?”

“Kamu ingin membahas hal ini lagi? Kongou-san dan saudari-saudarinya sudah berangkat ke sana, 'kan?”

 Kagerou memasang wajah curiga. Namun, Akebono tetap melanjutkan.

“Tapi konvoinya sedang diserang, bukankah menolong mereka merupakan hal yang wajar?”

"Apa lagi ini, apa kamu menemukan alasan baru untuk bermalas-malasan?”

“Aku tidak bermalas-malasan. Maksudku, ini 'kan pertempuran sungguhan…”

“Sama seperti dalam latihan waktu itu ya, tujuanmu hanyalah untuk menyanggah semua yang aku katakan, 'kan?”

“A-aku tidak bermaksud melakukan itu…”

“Kalau begitu kita akan melanggar perintahnya. Akebono nanti akan dijadikan tahanan rumah, dan kita juga bisa terseret ikut kalau sial. Bisakah kau hentikan ini?”

“Bukan begitu! Seperti yang sudah kubilang…”

“Kalau kamu ingin menunjukkan motivasimu, kamu seharusnya melakukannya dari dulu. Melakukannya sekarang sudah tidak ada artinya lagi.”

“……”

 Akebono terlihat menundukkan kepalanya sembari menggigit bibirnya.

 Kagerou mengajaknya kembali dengan mengarahkan dagunya.

“Baiklah, ayo kembali.”

 Akebono masih diam saja. Kagerou hanya memandangnya sekilas.

“… Ah, Ushio. Tolong perhatikan Akebono agar dia tidak mencoba melakukan hal-hal yang aneh.”

 Ushio mengulurkan tangannya.

“Akebono-chan…”

 Namun tangannya ditepis.

“Jangan sentuh aku! …Aku ngerti kok.”

 Semuanya mengarahkan haluan mereka menuju Yokosuka.

 Kecepatan mereka menjadi lebih cepat seperti yang diduga. Seharusnya sih tidak masalah karena empat kapal tempur telah diberangkatkan, namun ia menjadi penasaran. 

 Sosok Atago telah menghilang ketika mereka kembali. Dia merupakan kapal sekretaris, jadi dia pasti telah pergi ke tempat laksamana. Area di sekitar dermaganya anehnya berantakan, dan gadis kapal perusak yang seharusnya melakukan latihan sedang mengobrol dengan keras.

 Kagerou mengatakan, “Kami pulang,” namun tidak mendapatkan jawaban. Malahan, ada semacam suasana perasaan mendesak yang lebih seperti rasa gelisah yang tersebar di sekitarnya.

“Wah, gawat sekali!”

 Satsuki yang pergi untuk mencari informasi kembali dengan terburu-buru.

“Kudengar Kongou-san dan saudari-saudarinya tidak dapat menemukan musuhnya. Sepertinya kompasnya rusak.”

 Kagerou dan yang lainnya berteriak, “Yang benar saja?!” 

 Area kemunculan Armada Laut Dalam kurang lebih dapat ditentukan, jadi gadis kapal yang ditugaskan akan menuju lokasi tersebut untuk melawannya Meski demikian, terkadang mereka akan tersesat dalam perjalanan dan menuju lokasi yang sama sekali berbeda. Para gadis kapal menyebut fenomena tersebut dengan sebutan “Kompas yang rusak.”[5]

 Alasan terjadinya fenomena tersebut tidaklah diketahui, dan meski beberapa tim telah dibentuk untuk melakukan investigasi terhadap hal tersebut, tidak ada yang dapat menjelaskannya. Satu-satunya hal yang dapat dipastikan hanyalah “Entah mengapa fenomena tersebut hanya terjadi pada para gadis kapal.” Boleh dibilang, itu merupakan takdir, dan banyak gadis kapal yang mencoba menghindari hal tersebut dengan mengunjungi kuil-kuil karena mereka tidak dapat mengatasinya dengan upaya manusia.

 Dari semua orang, malah Kongou bersaudari yang terkena pengaruh jahat kompas tersebut.

“Kalau begitu, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?”

“Mereka sedang menunggu kepulangan Kongou bersaudari, sepertinya mereka akan dikirimkan lagi setelah kembali. Kudengar Atago-san sedang mengkoordinasikannya dengan laksamana mengenai hal tersebut,” kata Satsuki. 

 Tapi apakah akan sempat? Kongou bersaudari mungkin saja dapat terlibat dalam pertempuran di tempat lain. Jika mereka terluka, mereka harus memulihkan diri di galangan. Kalau hal itu sampai terjadi, konvoinya akan habis dimusnahkan sebelum mereka dapat pulih dan dikirim kembali.

 Kagerou bertanya pada Satsuki, “Bagaimana dengan Fusou-san dan Yamashiro-san?”

“Sepertinya mereka telah dikirim ke perairan Okinoshima bersama para kapal induk. Sementara Ise-san dan Hyuuga-san saat ini sedang bertugas di Distrik Maizuru…”

 Dengan kata lain, hanya terdapat sejumlah kecil gadis kapal yang dapat dikirim untuk menolong. 

 Tanpa para kapal raksasa seperti kapal tempur atau kapal induk, situasi mereka tidak menguntungkan. Bagaimana pun juga, melakukan pertempuran melawan Armada Laut Dalam dengan daya serang yang inferior akan sangat sulit.

 Kagerou tetap diam. Ia dapat memahami kegentingan situasinya.

 Bukan hanya mereka, para gadis kapal perusak lain pun juga sedang berbisik satu sama lain di mana-mana. Semuanya sangat mengkhawatirkan situasinya.

 Pada saat itu juga, suara yang nyaring muncul dari arah pengeras suara.

[…Apa volume suaranya oke? Check, one, two, seperti Kirishima-san. Oke~ semuanya, tolong dengarkan aku~.]

 Itu adalah suara Atago. Suaranya berasal dari pengeras suara yang terpasang di atas sebuah tiang di dermaga.

[Seperti yang kalian tahu, sebuah konvoi kapal saat ini sedang diserang. Kami tahu ada banyak rumor bertebaran, namun kami hanya ingin memberitahu kalian bahwa kami sedang berusaha semampu kami untuk mengatasinya.]

 Para kapal perusak mendengarkan suara Atago dengan seksama.

[Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, latihan spesialnya dihentikan untuk sementara. Para kapal perusak diharapkan untuk kembali ke asrama masing-masing dan bersiaga untuk instruksi selanjutnya.]

 Para gadis kapal menjadi heboh. Beberapa bahkan ada yang mempertanyakan ‘Apakah diam saja seperti ini merupakan hal yang tepat?’

 Suara Atago masih berlanjut seakan-akan dapat mendengar hal tersebut.

[Ini adalah perintah. Siapapun yang melanggar perintahnya akan dihukum sesuai dengan regulasi yang ada, jadi mohon mengertilah. Kakak tidak ingin hal itu terjadi. Sekian.]

 Kegaduhannya berlanjut selama beberapa saat, namun karena itu merupakan instruksinya, tidak ada yang dapat mereka lakukan. Para gadis kapal perusak bergerombol kembali ke asrama mereka.

 Kagerou merasa bimbang, apakah tidak apa-apa kalau mereka kembali begitu saja seperti in?

 Entah mengapa, jantungku berdebar dengan kencang. Apa ini pertanda buruk? Ia merasa sangat cemas.

 Ia masih belum mengetahui alasan dari kecemasannya. Apakah karena gosip para gadis kapal perusak? Ataukah karena pengumuman dari Atago?

 Namun ia menyadarinya dengan seketika karena bantuan Arare.

 Ia menarik-narik seragam Kagerou.

“…Gawat… Akebono…hilang…”

“Hmm. Dia hilang ya… Dia hilang?!”

 Kagerou secara spontan berteriak.

“Bukankah dia bersama Ushio?!”

 Sementara itu, Ushio sedang panik dengan wajah pucatnya.

“D-dia barusan masih di sini. Tapi ketika aku sedang mendengarkan pengumuman Atago-san, tiba-tiba ia menghilang tanpa aku sadari…”

 Arare bertanya pada Kagerou, “…Apa yang…akan kita lakukan…?” 

“Meski pun kamu menanyakan hal itu padaku, seseorang dari distrik angkatan laut akan mengejarnya seperti Fritz X[6] mau kemana pun dia pergi, tau?”

 Ada sejumlah gadis yang mengundurkan diri sebagai gadis kapal karena latihannya terlalu keras atau pun karena distrik angkatan lautnya tidak sesuai dengan bayangan mereka. Melakukannya pun tidak terlalu sulit, hal yang harus dilakukan hanyalah mengembalikan perlengkapan mereka setelah menyelesaikan prosedur yang diperlukan, lalu menerima gaji mereka hingga saat itu, lalu pulang. Namun, ada kasus di mana gadis kapal-nya terlalu terbebani oleh pikiran mereka sehingga mereka melarikan diri pada malam hari tanpa memberitahu siapapun. Pada kasus demikian, gadis tersebut akan dikejar karena adanya kemungkinan ia melarikan diri dengan membawa perlengkapan mereka.

“Jadi dia akhirnya melarikan diri. Apa kita terlalu dingin dengannya ya,” kata Satsuki. 

 Nagatsuki mengangguk setuju.

“Aku mengharapkan pertemanan kita dapat menjadi lebih dekat karena kita telah menghabiskan banyak waktu bersama, namun sepertinya niat kita tidak dapat dipahami oleh Akebono.”

“Dia gadis yang cukup menyusahkan, ya.”

 Satsuki yang mengutarakan pendapat jujurnya dibantah oleh suara yang lantang.

“Itu tidak benar! Akebono-chan bukanlah gadis yang semacam itu!”

 Semuanya tersentak mendengarnya dan melihat ke arah pemilik suara tersebut.

 Itu adalah suara Ushio. Semuanya terheran-heran dengan suara kerasnya yang tidak terbayangkan karena sifatnya yang biasanya malu-malu.

 Dia sendiri tidak menyadari bahwa dia sedang mengeluarkan suara yang keras semacam itu.

“A-aku yakin dia pergi untuk menolong konvoinya!”

“Mana mungkin,” kata Kagerou. “Atago-san sudah mengumumkan larangan pergi, 'kan? Lagipula para kapal tempur bersaudari itu akan dikirim lagi setelah mereka kembali.”

“Kita tidak akan sempat kalau menunggu.”

“Gadis itu, bukannya dia membenci pengawalan konvoi? Hal yang dia katakan juga hanyalah olok-olokan terhadap para kapal perusak.”

“Itu…karena…Akebono-chan lebih mengetahui bagaimana sulitnya melakukan pengawalan konvoi daripada siapa pun!”

 Ushio sudah hampir menangis.

“Aku dan Akebono-chan dulu pernah mengawal sebuah konvoi bersama. Hingga saat ini, Akebono-chan tidak pernah melupakannya sama sekali… Dia akan…sangat marah jika aku membicarakannya… Tapi….”

 Ia perlahan menceritakannya sembari menangis.

 Dulunya, Akebono dan Ushio selalu berada dalam divisi perusak yang sama. Tentu saja sekarang juga sama, hanya saja, hubungan mereka tidaklah tegang seperti sekarang. Mereka merupakan gadis kapal di sebuah divisi perusak pada umumnya,  mereka saling mengobrol seperti umumnya, tertawa seperti umumnya, dan bekerja keras seperti umumnya pula.

 Namun, begitu mereka melakukan misi, mereka mengalami fenomena yang tidak biasa. Kerusakannya akan terpusat hanya pada Akebono. Meskipun mereka tidak pernah bertemu dengan Armada Laut Dalam, dia akan terluka entah di mana ketika mereka kembali karena kegagalan mesin utamanya atau terkena ombak yang keras. Sebaliknya, Ushio tidak pernah terluka sama sekali.

“Bukankah itu cuma kebetulan?” kata Kagerou.

 Namun Ushio menjawab, “Awalnya, semuanya juga berkata seperti itu, dan Akebono-chan juga berpikir demikian. Tapi… Ketika kami mengawal sebuah konvoi pada saat itu…”

 Itu merupakan misi ekspedisi pengawalan konvoi, dan seharusnya misinya juga cukup mudah. Faktanya, gadis kapal yang lain tidak mengalami hal-hal apapun ketika melakukannya saat itu. Akibatnya, tidak hanya Akebono dan Ushio yang ditugaskan untuk mengawal konvoinya, namun juga para gadis kapal yang masih cedera. 

 Nama konvoinya adalah Konvoi TE 26.[7] Konvoinya merupakan kumpulan kapal pengangkut yang membawa material bijih mineral. Misinya seharusnya merupakan sebuah tugas sederhana tentang berangkat dan pulang. 

 Penyebabnya tidak terlalu jelas. Dikatakan bahwa—seperti kasus yang sering terjadi—para petingginya mengabaikan laporan ‘Kemunculan Armada Laut Dalam cenderung meningkat,’ dari para gadis kapal yang kembali dari misi pengintaian paksa.[8] Lagipula, laksamana sendiri tidak menerima laporan apapun, dan laporan pergerakan Armada Laut Dalamnya masih tersembunyi di balik tumpukan laporan yang dilabeli rahasia dan belum ditemukan pada saat itu. Akibatnya, banyak orang yang dipecat, lalu prosedurnya diperbaiki sehingga laporannya dapat diterima laksamana secara langsung melalui kapal sekretarisnya, namun hal tersebut baru dilakukan setelah semuanya sudah terlambat.

 Konvoinya berlayar di area laut yang diberi stempel ‘Aman.’ Stempelnya sendiri diberikan setengah tahun sebelumnya dan belum diperbarui.

 Kemarin tidak ada masalah, jadi hari ini juga pasti akan baik baik saja, katanya, dan hal tersebut kemudian didukung oleh rasa optimis berbahaya yang tidak mempertimbangkan realitas.

 Saat mereka menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Meski ada badai di saat-saat terakhir yang menyebabkan sulit mengawasi sekitar, hal tersebut tidak dapat menjadi alasan untuk menjadi ceroboh. Andai saja kita punya radar, harap mereka, namun keinginan mereka ditolak karena ‘Tidak diterima karena kesulitan pengembangannya,’ dan terhalangi oleh tembok yang bernama anggaran yang kurang.

 Dan begitulah Armada Laut Dalamnya menyambar mereka pada kondisi semacam itu. 

 Pertama-tama, gadis kapal pendamping di depan terkena serangan. Laporan serangan dan pendeteksian musuhnya terjadi dalam saat yang hampir bersamaan. Artinya musuhnya sudah terlalu dekat sehingga mereka tidak bisa melarikan diri. 

 Lolongan Armada Laut Dalam bergema di lautan. Komunikasi radio di antara gadis kapal dan konvoinya dilakukan di tengah kebisingan tersebut. Suara tembakan dapat terdengar di mana-mana, dan bahkan warna lautnya seperti berubah. Segala jenis informasi disampaikan tanpa henti, sementara Akebono dan Ushio hampir panik karena itu merupakan kali pertama mereka bertemu dengan musuh. 

“Konvoi kapal, jangan mengubah formasi dan berganti arah!”

 Suara gadis kapal yang menjadi kapal pimpinan konvoinya hampir tidak dapat terdengar. 

“Kapal pengawal, serang Armada Laut Dalam!”

 Seharusnya hal tersebut kemudian dilanjutkan dengan perintah untuk gadis kapal yang lebih spesifik, namun suaranya terpotong. Serangan musuhnya sangat intens sehingga komunikasinya terganggu.

“Ushio, kita juga harus ikut membantu!”

 Akebono menarik Ushio. Awalnya Ushio setuju dengannya, namun kemudian ia menghentikan langkah kakinya.

“S-sebaiknya tetap di sini saja…”

“Musuhnya akan datang menyerang kita, tau?! Kita harus mengusir mereka.”

“Tapi kita tidak boleh meninggalkan konvoinya…”

 Ushio bersikeras bahwa mereka seharusnya tidak semudah itu meninggalkan konvoinya karena misi mereka adalah misi pengawalan. Namun ia sendiri menyadari bahwa ia hanyalah membuat-buat alasan.

 Ia tidak ingin pergi. Auman Armada Laut Dalam sangatlah mengerikan. Ia hanya dapat mengalihkan pandangannya. Ia menyadari bahwa mustahil baginya untuk menghadapi mereka secara langsung.

 Ia tidak perlu bertempur jika ia tetap bersama konvoinya. Ia juga dapat membenarkan keputusannya dengan mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk melindungi konvoinya. 

 Namun Akebono tetap menarik-narik Ushio. Berkebalikan dengannya, bertemu dengan musuh untuk yang pertama kalinya merupakan pengalaman yang begitu mendebarkan bagi Akebono.

“Ayo ke sana, ayo bertempur bersama para senior!”

“Tetap di sini juga tidak apa-apa 'kan?! Kita bisa melindungi konvoinya!”

“Musuhnya sedang mendekat, tau!”

“Kamu akan melanggar aturan jika kamu meninggalkan posisimu!”

 Ushio menarik tangannya kembali.

“K-kalau kamu sebegitu inginnya untuk bertempur, pergi saja sendiri!”

 Kata-kata ‘Pergi saja sendiri!’ memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap Akebono dibandingkan dengan tentang kalimat tentang melanggar aturan. Pada akhirnya, keduanya berusaha untuk mengevakuasi diri dari area pertempuran sembari melindungi konvoinya.

 Armada Laut Dalam tidaklah dungu.

 Alasannya adalah, mereka telah mengintai di sekitar rute yang digunakan sebelumnya.

 Armada Laut Dalam menyerang mereka. Kapal-kapal di kanan depan dan kiri belakang mereka diserang pada saat yang bersamaan.

 Hampir tidak ada yang dapat dilakukan oleh dua gadis kapal itu dalam serangan serentak tersebut. Konvoi yang terdiri dari kapal kargo tersebut terkena serangan habis-habisan dan berlayar dalam penuh kekacauan. Banyak di antaranya tenggelam ke dasar laut dengan haluan atau buritan yang mengarah ke atas, hanya menyisakan serpihan besi rongsok yang pada akhirnya akan tenggelam juga.

 Pekikan dan jeritan bermunculan. Teriakan kesakitan menyebar dalam alat komunikasi mereka.

 Ushio menggigil ketakutan. Tidak ada apapun yang terlintas dalam benaknya, bahkan aturan pelibatan dan prosedur menembak yang telah ia hafalkan. Ia tercengkeram oleh rasa takut dan tidak dapat memahami apapun.

 Kapal kargonya tenggelam dengan cepat, dan ia merasa seakan-akan seluruh musuhnya datang ke arahnya.

 Sebuah jeritan keluar dari mulutnya. Sambil menutup mata, ia mulai menembak. Ia tidak berani untuk melihat keadaannya dengan mata kepalanya sendiri secara langsung karena ketakutan dan meluncurkan pelurunya dengan acak ke segala arah. Ia tidak dapat melihat sosok Akebono sama sekali, dan ketika ia membuka matanya, hal yang dapat ia lihat hanyalah api yang menyala-nyala dan siluet Armada Laut Dalam.

 Sudah berapa lama waktu berlalu? Ia sama sekali tidak tahu.

 Ketika ia menyadari kondisinya, hanya ada satu kapal kargo yang tersisa.

 Dapat dikatakan bahwa itu merupakan kekalahan yang telak. Mereka kehilangan hampir seluruh  sumber daya dan bahan baku mereka. Gadis kapal yang melakukan pencegatan terhadap musuh juga tidak kembali. Ajaibnya, Ushio tidak mendapatkan segores luka sama sekali,  dan boleh dibilang, itu merupakan satu-satunya hal yang dapat disyukuri.

 Sebaliknya, Akebono penuh dengan luka, Ia mengambang dengan punggungnya, matanya manatap ke langit.

“Akebono-chan… Apa kamu tidak apa-apa…?”

 Akebono menepis tangan Ushio dengan tangannya yang penuh luka.

“Jangan sentuh aku!”

 Ia bahkan tidak mau melihat ke arahnya bahkan setelah mereka kembali.

 Investigasi yang dilakukan menyimpulkan bahwa mereka memang tidak akan mungkin berhasil bertahan dari serangan Armada Laut Dalam dikarenakan perbedaan jumlahnya. Bahkan jika mereka memilih untuk menyerang balik, mereka hanya akan tenggelam. Malahan, ada pendapat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan keputusan yang tepat karena mereka dapat kembali dengan selamat.

 Namun hal tersebut tidak ada artinya bagi Ushio. Akebono pun juga sama.

“Itu semua salahku…”

 Ushio sedang menangis.

“Aku…menginjak-injak harga diri Akebono-chan sebagai seorang kapal perusak… Akebono-chan selalu bangga menjadi seorang gadis kapal perusak sedari dulu… Meski begitu, dia tidak dapat ikut bertempur karena aku, dan kami juga tidak dapat melindungi konvoinya… Dia bahkan sampai terluka…”

 Semuanya mendengarkan tanpa berbicara.

“… Sejak saat itu, Akebono-chan menjadi seperti itu… Dia akan mencoba mencari-cari kesalahan orang lain tidak peduli siapa pun itu, melakukan hal-hal yang hanya akan membuatnya dibenci… Mengolok-olok kapal perusak…”

 Ushio memberitahukan itu pada mereka.

“Akebono-chan…selalu menyesali kejadian itu bahkan sampai sekarang. Dia ingin menyelamatkan konvoinya, namun tidak dapat melakukannya…”

“……”

 Kagerou, Nagatsuki, Satsuki, dan Arare, semuanya diam tanpa terkecuali.

“Bahkan setelah itu, ada banyak kesempatan untuk melakukan misi pengawalan konvoi… Namun Akebono-chan selalu menolaknya. Aku pikir dia ingin berhenti menjadi seorang gadis kapal, namun sejak kami ditugaskan di divisi perusak yang sama dengan Kagerou-san dan yang lain, dia sedikit demi sedikit mulai berubah… Aku merasa bahwa dia akhirnya dapat berdamai dengan masa lalu itu. Jadi kali ini, aku yakin, dia pasti pergi untuk menolong konvoinya.”

 Kagerou dan yang lain tidak lagi dapat membantahnya.

 Mereka sendiri menyadari bahwa terdapat kebanggaan tersembunyi dibalik ucapan dan tingkah laku Akebono yang seenaknya itu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang didasari oleh pengalaman yang menyakitkan.

 Kesan gadis kapal terhadap Armada Laut Dalam biasanya ditentukan oleh pertemuan pertama mereka. Dulunya, tidak jarang bagi gadis kapal untuk menderita gangguan stres pascatrauma setelah tiba-tiba terlibat dalam pertempuran yang sangat keras kemudian mengundurkan diri dan pensiun bertugas.

 Pada masa sekarang, mereka akan diberi pengalaman simulasi visual dan ditugaskan untuk melakukan ekspedisi yang mudah terlebih dahulu sebelum mengikuti pertempuran sungguhan. Dan itu terbukti efektif.

 Namun bagi Akebono dan Ushio, ekspedisi yang mudah itu merupakan pengalaman yang mengerikan.

 Ingatan kejadian tersebut terbenam dalam hati mereka yang paling dalam. Ushio menjadi seorang yang tertutup untuk melindungi hatinya, sementara Akebono menentang segalanya untuk melawan rasa sakit itu.

 Dan sekarang, Akebono sedang dalam perjalanan menuju konvoinya.

 Untuk menaklukkan mimpi buruknya.

 Kali ini, agar dapat menyelamatkan mereka.

“Aku juga akan pergi!”

 Ushio berteriak.

“Aku juga tidak boleh hanya sedih dan murung seperti ini. Aku juga akan pergi. Aku akan pergi dan menolong Akebono-chan!”

 Namun, Kagerou menggelengkan kepalanya.

“Tidak boleh.”

“Kenapa?!”

“Karena kita dilarang untuk pergi.”

 Bibir Ushio gemetar. Ia memandang Kagerou dengan tidak percaya.

“Kalau aku tidak pergi secepatnya, aku tidak dapat menolong Akebono-chan!”

“Dia bukan ingin mati 'kan? Kalau begitu dia pasti akan kembali sekitar besok pagi.”

 Nada bicara Kagerou terdengar cuek.

“Gadis semacamnya, dia itu hanya sedang keras kepala, tau? Dia entah bagaimana nanti juga pasti akan kembali dengan sendirinya.”

“Akebono-chan bukanlah gadis semacam itu!”

“Lagipula, aku tidak yakin dia benar-benar pergi untuk menolong konvoinya. Dia mungkin saja hanya mondar-mandir di area sekitar.”

“Tentu saja tidak! Dia pasti benar-benar pergi untuk mengawal konvoinya!”

 Ushio menjerit. Namun tetap saja, Kagerou tidak mengatakan sepatah kata pun yang menandakan ia mempercayainya.

“Ayo kembali ke kamar kita. Bersiagalah di dalam.”

“K-kejam!”

 Ushio meneriakinya sembari meneteskan air mata.

“Kamu sangat kejam! Aku benci Kagerou-san!”

“Yah, lagipula aku pemimpin kalian, kalian harus mendengarkan apa yang aku katakan.”

 Setelah mengatakan hal tersebut, Kagerou mengambil inisiatif untuk kembali menuju asrama kapal perusak mereka.





Note :

 [1] : Divisi Perusak ke-6 terdiri dari Hibiki sebagai kapal bendera, Akatsuki, Inazuma, dan Ikazuchi.

 [2] : Kapal tempur mini (Inggris: Pocket battleship) adalah sebutan untuk kapal penjelajah berat kelas Deutschland. Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) awalnya mengklasifikasi kapal tersebut sebagai ‘Panzerschiffe’ (kapal lapis baja), namun dua kapal yang tersisa kemudian diklasifikasikan lagi menjadi penjelajah berat pada Februari 1940. Karena persenjataan berat yang terdiri dari enam laras meriam 28 cm (11 inci), kecepatan tinggi, serta daya jelajahnya yang jauh, kelas kapal ini lebih dari mampu untuk beroperasi di perairan laut lepas daripada kapal tempur dreadnought lama yang mereka gantikan; karena alasan tersebut, kapal-kapal ini disebut sebagai kapal tempur mini, terutama oleh media pers Inggris. Kapal tersebut beroperasi pada Perang Dunia ke-2 kebanyakan menyerang konvoi kapal dagang sekutu.

 [3] : Radio hening atau radio senyap (Inggris: Radio silence) adalah kondisi di mana seluruh stasiun radio baik yang tetap atau pun bergerak diminta untuk tidak mengirimkan transmisi radio apapun untuk alasan keselamatan atau keamanan. Perintah radio hening biasanya dilakukan oleh militer untuk menghentikan transmisi apapun yang dapat memberitahu lokasi pasukan, baik dari suara transmisinya atau pun dari arah transmisi radionya.

 [4] : Terjemahan secara harfiahnya seharusnya adalah Kapal Bantu Stasiun Komunikasi Radio. Hasil pencarian tidak membuahkan hasil selain dari 2 kapal Amerika Serikat dengan klasifikasi AGMR (Auxiliary General Major Relay) yang bernama USS Annapolis (Sebelumnya kapal induk kawal CVE-107, USS Gilbert Islands) dan USS Arlington (Sebelumnya kapal induk ringan CVL-48, USS Saipan.) Kedua kapal tersebut berfungsi sebagai stasiun komunikasi apung yang dapat bergerak. Kemampuan tersebut membuat kedua kapal itu dapat memposisikan diri di lokasi laut mana pun untuk memberikan layanan komunikasi utama tanpa perlu membangun fasilitas komunikasi di darat.

 [5] : Di dalam game-nya, rute atau jalur yang akan dipilih ditentukan setelah memutar kompas. Ada beragam jenis kondisi yang harus disesuaikan untuk menuju rute atau jalur tertentu, namun ada juga rute atau jalur yang sama sekali acak, dan ketika rute atau jalurnya salah, game-nya akan memberikan pesan ‘Kompasnya tidak bekerja.’

 [6] : Fritz X adalah nama paling umum untuk bom luncur anti-kapal berpemandu Jerman yang digunakan selama Perang Dunia II. Fritz X adalah senjata terpandu presisi pertama di dunia yang digunakan dalam pertempuran dan yang pertama menenggelamkan kapal dalam pertempuran. Fritz X adalah nama panggilan yang digunakan oleh personel Sekutu dan Luftwaffe(Angkatan Udara Jerman.) Nama alternatif termasuk Ruhrstahl SD 1400 X, Kramer X-1, PC 1400X atau FX 1400 (yang terakhir, bersama dengan nama panggilan PC 1400 Fritz Tak Berpemandu, adalah asal untuk nama ‘Fritz X’).

 [7] : Konvoi TE adalah armada pengangkut bijih mineral Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia ke-2. Pada saat itu, ketergantungan Jepang terhadap bijih besi dari luar negeri berjumlah lebih dari 85%, namun pada April 1944, impor yang dapat dilakukan telah turun hampir setengahnya dikarenakan sulitnya transportasi laut yang disebabkan oleh kerusakan kapal transportasinya. Pulau Hainan merupakan area penghasil bijih besi berkualitas tinggi yang berada dalam pengaruh Jepang pada saat itu, bersamaan dengan area Sungai Yangtze, terutama setelah Sekutu kehilangan kontrol atas pertempuran udara di sekitar Sungai Yangtze, ketergantungan Jepang terhadap pulau itu semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan bahan baku material dalam kondisi perang, Jepang memperluas pembangunan kapal dagang yang dibuat untuk mengangkut bijih mineral. Armada pengangkut bijih mineral tersebut kemudian diciptakan dan dinamakan Konvoi TE. Perjalanan menuju Pulau Hainan akan diberikan angka ganjil, sementara perjalanan pulang menuju Jepang diberikan angka genap.

 [8] : Ekspedisi 10 di dalam game.

No comments:

Post a Comment