Bab 5: Kayu
Bagian 1
Mereka tetap berlatih pada keesokan harinya. Hari setelahnya juga. Lalu setelahnya. Rasa kelelahan terus menumpuk hingga setiap malam mereka hanya dapat menjatuhkan diri di atas kasur mereka tanpa bergerak sedikitpun. Meski demikian, ada makna dari latihan yang mereka lakukan secara berulang-ulang. Semakin banyak waktu yang mereka gunakan tanpa melakukan apapun, semakin sedikit pula mereka dapat berkembang menjadi lebih baik.
“Hmm…?”
Kagerou memiringkan kepalanya. Satsuki mengira mungkin ada masalah, jadi ia bertanya padanya, “Kenapa?”
“Nggak, kok, hanya saja, entah kenapa rasanya seperti lancar.”
’Ahaha,’ ia tertawa.
Apa yang ia katakan merujuk pada manuver armada yang mereka lakukan. Hari ini Divisi Perusak ke-14 sedang mengulangi latihan pengawalan mereka menggunakan boneka-boneka sebagai pengganti konvoinya.
Sejauh ini, latihan mereka tidak berjalan begitu lancar. Mereka sering kali menabrak konvoinya, yang membuat mereka menyadari kesulitan yang akan mereka hadapi ke depannya.
Namun mereka telah menjadi lebih tangkas dalam manuver armada dan sekarang dapat menjaga jarak yang diperlukan dengan konvoinya. Perilaku yang menyebalkan tidak akan muncul asalkan mereka tidak membuang-buang waktu berdebat. Untuk sesaat, terdapat rasa keraguan tentang apakah semuanya sedang digantikan oleh orang lain.
“Satsuki juga telah berkembang dengan pesat ya. Bukankah kamu sudah menjadi lebih baik dariku dalam manuver armada?”
“Itu karena cara Kagerou mengajariku sangat bagus, lho.”
“Aku lebih merasa kalau itu karena Satsuki berusaha dengan keras, sih.”
“Yah, gimana ya, sebenarnya aku juga berlatih sendiri tiap malam,” Satsuki tersenyum malu. “Bukan hanya aku, lho. Semuanya juga berlatih sendiri.”
Nagatsuki melakukan tembakan. Model tiruan Armada Laut Dalam yang menyerang konvoinya terselimuti cipratan air.
“Kamu mengenainya.”
Kagerou terkesan dengannya, sementara Satsuki mencolek pinggangnya.
“Hei, hasilnya mulai muncul, lho.”
Suara Arare yang mengumumkan Manuver Z terdengar. Suaranya masih kecil seperti biasanya, namun ia menyuarakannya dengan jelas ketika memang diperlukan. Gerakan Ushio ketika melakukan serangan torpedo juga menjadi lebih cepat.
Meski terkesan, Kagerou masih merasa heran.
“Aku penasaran kenapa semuanya sepertinya sangat termotivasi.”
“Kenapa ya.”
Satsuki melihat ke arahnya sembari tersenyum lebar. Mereka memang telah meningkatkan kerja sama tim mereka sebagai sebuah divisi perusak, namun masih ada hal yang terasa kurang.
Kagerou menatap Akebono yang terlihat bosan.
“Hei Akebono, coba tunjukkan semangatmu padaku, bukankah itu ide yang bagus?”
“… Memangnya kenapa aku harus menunjukkan semangatku padamu?”
Akebono seakan-akan menunjukkan bahwa berbicara dengannya sangatlah merepotkan.
“Apa gunanya meraih posisi pertama?”
“Tapi meraih posisi pertama akan menyenangkan bukan?”
“Aku tidak tertarik dengan itu.”
Gadis ini satu-satunya yang sulit diatur. Dia tidak lagi memancarkan aura permusuhan ketika diajak berbicara, namun sulit untuk mengatakan bahwa mereka sudah menjadi lebih dekat. Ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Akebono untuk sementara. Mereka akan memimpikan hal yang lebih tinggi tanpa memedulikan apa yang gadis itu keluhkan.
“Baiklah, ayo berlatih mengawal konvoi dengan sepenuhnya hari ini,” kata Kagerou pada seluruh anggotanya. “Sudah tidak ada waktu lagi sebelum hari latihan spesialnya, jadi ayo berusaha untuk menjadi lebih baik sebisa mungkin untuk mendapatkan posisi pertamanya.”
“‘Dengan sepenuhnya’, maksudnya termasuk melakukan latihan tembak dan serangan torpedo?”
Nagatsuki bertanya padanya, yang kemudian Kagerou jawab.
“Yup. Kalau tidak dilakukan semua tidak akan ada artinya.”
“Pelurunya sungguhan 'kan, bukankah kita perlu gadis kapal lain untuk mengawasi?”
“Karena itu kita akan mengandalkan Kongou-san dan saudari-saudarinya untuk mengawasi kita lagi hari ini.”
Ia menunjuk ke arah dermaga.
Di sana ada Kongou, Hiei, Haruna, dan Kirishima. Mereka sedang memperhatikan dengan cara mereka masing-masing. Hari ini pun Kongou juga membawa cangkir teh.
“Kau benar-benar berhasil meminta mereka untuk mengawasi ya.”
“Yah, sebenarnya Atago-san yang berbicara pada mereka, lalu mereka setuju untuk melakukannya.”
‘Hahaha,’ tawa Kagerou. Sebenarnya, ia diberi peringatan ‘Kecelakaan salah tembak sangat berbahaya, jadi aku akan memastikan para kapal tempur akan mengawasi kalian.’ Kenyataan bahwa keempatnya datang untuk mengawasi merupakan bukti betapa kejadian tersebut dianggap sangat berbahaya.
“Kita sangat memalukan pada hari itu, tapi kalau kita dapat berlatih dengan baik hari ini, Kongou bersaudari akan terkesan dengan kita. Jika kita dapat melakukannya, kita dapat menjadi menonjol. Lalu kita akan menjadi bahan pembicaraan di distrik angkatan laut ini.”
Kagerou menepukkan tangannya untuk memotivasi mereka.
“Baiklah, ayo lakukan yang terbaik!”
Semuanya bergerak ke posisi mereka masing-masing. Seperti biasa, boneka bertuliskan ‘Zekamashi’ menjadi pengganti konvoinya.
Dalam misi pengawalan yang sesungguhnya, kapalnya akan lebih besar, dan jika dalam konvoi, jumlahnya akan lebih banyak. Para gadis kapal memposisikan diri mereka dengan jarak yang cukup jauh. Meskipun mereka mencoba untuk membuat jarak sejauh mungkin dengan bonekanya, pada pengawalan sungguhan, pasti akan ada perbedaann yang tidak dapat dihindari.
Tidak ada gunanya mencemaskan hal tersebut sekarang. Ini kesempatan mereka untuk memamerkan hasil dari latihan mereka sejauh ini pada kelas Kongou bersaudari.
Kapal penariknya dinyalakan. Kapalnya akan bergerak secara acak dari waktu ke waktu dan mengubah haluan konvoinya. Kagerou dan yang lain harus mengikutinya dengan baik.
“Persiapannya selesai.”
Kagerou menempati posisinya.
“Kalau begitu, ayo mulai. Jangan meninggalkan konvoinya.”
Bonekanya bergerak maju, di saat yang sama, Kagerou dan yang lain juga berlayar mengikuti.
Setelah beberapa saat, kapal penariknya memutar kemudi ke kanan. Mereka mengikutinya berbelok ke kanan. Lalu kapalnya memutar kemudi ke kiri, kali ini mereka mengikutinya ke kiri.
Kiri, lalu kanan. Mereka sedang melakukan Manuver Z.
Para gadis kapal tersebut tidak bertabrakan. Mereka tidak lalai seperti sebelumnya. Mereka menjaga jarak dengan posisi masing-masing sembari memperhatikan sekitar mereka.
“Bagaimana Kagerou? Aku bisa melakukannya, 'kan?” kata Satsuki.
“Kamu melakukannya dengan baik, kok,” jawab Kagerou.
Semuanya juga sama. Bahkan Akebono yang selalu mengeluh juga melakukan tugasnya dengan baik.
Kagerou melihat ke depan. Sekarang sudah hampir waktunya untuk tahap yang selanjutnya.
Sebuah bayangan dapat terlihat di atas permukaan laut. Akhirnya datang.
“Musuh 10 derajat di kanan!”
Kagerou berteriak. Semuanya mengatakan “Eh?” kebingungan.
“Ini latihan serangan dadakan! Bersiaplah!”
“Aku tidak dengar akan ada yang seperti ini?!”
“Kalau aku mengatakannya, nanti bukan jadi latihan serangan mendadak lagi dong.”
Setelah membungkam keluhan Satsuki, Kagerou menaikkan kecepatan rotasi mesin utamanya.
“Kita akan membiarkan konvoinya kabur. Nagatsuki, tabir asap!”
“Aku?”
“Cepat!”
Nagatsuki bergerak maju dan mulai mengeluarkan tabir asap di antara kapal penyerang dan konvoinya.
Tiba-tiba, muncul kilatan cahaya dari kapal penyerangnya.
“Kapal musuh menembak!”
Kagerou memberikan peringatan. Cipratan air bermunculan di sekitar Nagatsuki. Meskipun serangannya tidak terlalu menghebohkan karena menggunakan peluru latihan, namun jika terkena akan tetap menyakitkan.
Cara berlayar Nagatsuki menjadi goyah. Tabir asap yang sedang ia buat juga masih setengah selesai.
“Nagatsuki, kembalilah!”
Satsuki yang berpindah mundur dari posisinya mencolek Kagerou.
“Hei, yang menyerang kita itu Atago-san, 'kan?”
Ia merespon, “Eh?” lalu menggunakan teropong binocularnya untuk memeriksa.
Orang yang berperan menjadi musuh dan menyerang mereka adalah gadis kapal yang mengenakan seragam biru. Ukuran dadanya juga merupakan ukuran dada Atago.
“Orang itu ngapain sih? Padahal aku sudah memintanya untuk mengenalkan orang yang layak untuk berperan sebagai musuh dalam latihan kita.”
“Kagerou, kamu senang, 'kan?”
“Berhati-hatilah, aku yakin Atago-san tidak akan main-main dalam menyerang.”
Satsuki kembali ke posisinya.
Nagatsuki juga telah kembali dengan basah kuyup. Tabir asap yang ia buat masih setengah selesai dan mulai menghilang.
“Kapal musuh mendekat…”
Arare memperingatkan mereka. Sepertinya ia dapat melihat Atago dengan jelas dari posisinya.
Cipratan air bermunculan di dekat boneka yang menjadi konvoinya. Sepertinya Atago sedang menembak dengan gembira. Dia pasti sangat bersemangat karena dapat ikut berpartisipasi dalam latihannya. Kalau dipikir-pikir, aku juga merasa seperti itu ketika aku berperan sebagai kapal musuh.
Ia melihat gadis-gadis yang lain dengan sekilas. Meski ini adalah latihan, musuhnya sedang menyerang, jadi ada semacam suasana gelisah di sekitar mereka.
Kagerou seketika mengatakan, “Kita akan menghadangnya. Ushio akan tetap tinggal untuk memberikan dukungan langsung, sisanya akan maju ke depan dan mencegah Atago-san menyerang konvoinya. Gunakan kesempatan itu untuk membiarkan Rensouhounya—maksudku konvoinya kabur.”
“Cuma berlima?”
“Musuh kita adalah penjelajah berat lho. Kita akan menyerangnya secara sekaligus lalu langsung mundur.”
Meskipun kapal penjelajah berat lebih inferior dari kapal tempur, penjelajah berat masih memiliki daya serang yang luar biasa. Bahkan jika mereka melawannya secara langsung, kemungkinan mereka berhasil sangatlah tipis. Oleh karena itu, mereka akan mengandalkan jumlah.
“Ushio, kuserahkan sisanya padamu.”
“Em… B-baiklah.”
Suaranya memang terdengar kurang dapat diandalkan, namun untuk sementara, itu tidak masalah karena dia masih menjawab.
“Bersiap untuk pertempuran permukaan.[1] Kecepatan tempur maksimal pada kedua—”
Tiba-tiba, muncul suara yang keras dari belakang.
Suara tersebut merupakan suara tembakan. Ia buru-buru melihat ke belakang. Ia memeriksa menggunakan teropong binocularnya. Sebuah bayangan kapal dapat terlihat.
Siluetnya merupakan siluet seorang penjelajah berat. Ia mengenakan seragam yang sama dan memiliki ukuran dada yang sama besarnya dengan Atago. Wajahnya terlihat yang ramah, namun serangannya tidak memiliki rasa ampun.
“Itu Takao-san…!”
Kagerou mengeluh. Atago mungkin memanggilnya karena dia merupakan kapal yang sejenis dengannya. Atago menyerang dari depan, sementara Takao menyerang dari belakang. Meski itu merupakan taktik yang umum, itu tetaplah efektif ketika dapat dilakukan.
Konvoinya terjebak di antara keduanya.
Kagerou melihat ke depan dan belakang berulang kali.
Apa yang harus ia lakukan? Jika mereka membagi kekuatan tempur mereka ke depan dan belakang, mereka mungkin dapat menahan serangannya, namun kemungkinan mereka gagal dan kalah telak sangatlah tinggi. Jika mereka memfokuskan serangan balik hanya ke Atago dengan kekuatan penuh, kemungkinan mereka berhasil akan meningkat, namun hal tersebut akan membiarkan Takao menyerang dengan sesuka hatinya.
Kagerou adalah pimpinannya, jadi ia harus menentukan keputusannnya.
“…Konsentrasikan serangan kita ke depan!” Ia akhirnya mengatakan pilihannya. “Kita akan menghalau Atago-san dan membiarkan konvoinya kabur. Beberapa konvoinya mungkin akan terkena serangan Takao-san, tapi—”
“Kau akan meninggalkan konvoinya?!”
Sebuah protes muncul dari arah yang tidak terduga.
Akebono adalah orang yang barusan berteriak.
“Konvoinya akan diserang, dan kau hanya akan meninggalkannya dan kabur?! Konvoi dan pengawalnya harusnya sama-sama diselamatkan!”
“Aku tidak akan meninggalkannya. Hanya saja, kalau kita membagi pasukan kita, bukankah kita mungkin akan kalah telak? Makanya aku mencoba agar kita dapat selamat sebisa mungkin…”
“Sangat tidak berperasaan. Kenapa kau kau tidak berusaha?!”
“Hah? Tapi aku sedang berusaha?”
Kagerou merasa curiga. Akebono yang sedari tadi tidak menunjukkan motivasinya tiba-tiba meledak marah.
“Aku berusaha menyelamatkan konvoinya.”
“Kau tidak berusaha untuk melakukannya! Kau mengatakan kau akan meninggalkan konvoinya!”
Akebono sedang membuat keributan.
“Padahal kau selalu mengatakan tentang pertemanan ini itu!”
“Jangan mengatakan hal-hal yang aneh, Akebono. Kamu sendiri tidak bersemangat, jadi bisakah kamu tidak ikut campur?”
“Kalau aku bersama gerombolan payah ini, tentu saja aku akan setidaknya ikut campur seperti ini! Pada akhirnya, mustahil bagi kalian untuk melakukan pengawalan.”
“Itu tidak mustahil. Kau tau, waktu yang kita gunakan untuk berdebat hanya akan terus berjalan…”
Akebono mendekatkan wajahnya ke Kagerou.
“Itu menyusahkan, jadi kau hanya perlu untuk tidak melakukannya dari awal!”
Kemarahannya meledak-ledak. Ia menyemburkan kemarahan yang muncul tiba-tiba.
Kagerou kebingungan. Gadis kapal lain pun menonton dengan heran.
“Kita akan melakukan pengawalan konvoi di latihan spesialnya, jadi kita harus melakukan ini, 'kan?”
“Kenapa kau tidak menolaknya saja?! Dengan begitu tidak akan ada yang terluka!”
“Kita ini gadis kapal, tau? Kalau kita tidak mengikuti latihan spesialnya, lalu apa yang akan kita lakukan?”
Kagerou perlahan-lahan menjadi jengkel. Kenapa sih gadis ini meributkannya? Apa misi pengawalan sebegitu menyebalkannya? Apa dia sebegitunya membenciku?
“A-Akebono-chan…”
Ushio mencoba untuk menenangkannya entah bagaimana, namun ia tidak mau mendengarkannya.
“Seperti yang sudah aku duga, ternyata kau juga tipe orang yang seperti itu. Pada akhirnya, ini merupakan pola di mana kau akan lari meninggalkan kawanmu sendiri ketika kau tidak dapat melakukan apapun! Seharusnya kau tidak perlu melakukannya dari awal kalau begitu!”
“Aku tidak akan lari meninggalkan temanku!”
Kagerou geram. Ia balik membalas tanpa rasa takut.
“Hentikan omong kosong ini, dasar kapal perusak idiot!”
“Kalian yang lebih idiot! Tidak hanya idiot, kau juga bahkan tidak berperasaan!”
“Oke, baiklah, ayo bagi jadi dua! Kita semua mungkin akan kalah telak pada akhirnya! Tapi ketika itu terjadi, aku akan terus mengatakan bahwa itu salahmu!”
“Mana mungkin kelas Kagerou punya keberanian semacam itu! Pengecut!”
“Siapa yang pengecut hah?!”
Pandangan Kagerou menjadi merah.
Kepalaku pusing penuh amarah. Kenapa aku harus berusaha keras sejauh ini sementara rekanku merupakan gadis sepertinya? Apakah ada gadis kapal perusak liar yang lain selain dirinya? Padahal aku dapat saling memahami dengan yang lainnya, namun gadis ini satu-satunya yang tidak bisa aku pahami.
Aku telah berusaha keras untuk dapat memahaminya, tapi ini batas kesabaranku.
Ia tanpa sadar mengepalkan tangannya. Melihat hal tersebut, Akebono melanjutkan berbicara.
“Heh! Mau memukulku? Coba saja. Mana mungkin kelas Kagerou bisa melakukan hal tersebut!”
Plak.
Suara tamparan bergema di atas lautan.
Akebono memegangi pipinya. Ia tertegun.
Kagerou juga sama. Ia memandangi tangannya tanpa sadar.
Orang yang menampar Akebono bukanlah Kagerou. Ia tidak melakukan apapun. Meski begitu, suaranya terdengar.
“Akebono-chan… Tolong hentikan…”
Ushio menggumamkan hal tersebut dengan dipenuhi air mata. Ia adalah orang yang menampar Akebono.
“Hentikan keegoisanmu…!”
Akebono linglung sebentar, namun seketika memandanginya dan berteriak.
“Kau benar-benar melakukannya ya!”
Ia memukul Ushio.
Sebagai seorang gadis kapal, tentu saja ia tidak tinggal diam, ia akan berkelahi ketika ia marah. Dalam pandangan orang luar, pijakan mereka akan terlihat buruk karena mereka berada di atas laut, namun dalam saat-saat seperti inilah perlengkapan stabilisator gadis kapal akan menunjukkan kemampuan luar biasanya untuk membantu pemiliknya dalam berkelahi. Ada aturan tak tertulis yang menentukan bahwa mereka tidak boleh menembakkan persenjataan mereka, namun hal kebalikannya juga berlaku, semua hal selain hal tersebut diperbolehkan. Kelucuan ketika tamparannya terjadi seketika menghilang, kemudian berubah menjadi saling melemparkan tinju. Perlengkapan yang mereka kenakan dengan cepat berubah menjadi senjata tumpul begitu perkelahiannya terjadi.
Pukul, tendang. Pukul, tendang. Berpura-pura akan memukul, lalu tendang. Amukan Akebono memang dapat dibayangkan, namun Ushio juga mengamuk dengan cukup heboh. Mereka berkelahi seakan-akan untuk melampiaskan amarah mereka selama ini.
Tinju yang dilemparkan Akebono hanya menyerempet Ushio dan mengenai Arare yang sedang memandang kosong.
“Sakit…”
“Apa yang kau lakukan?!”
Nagatsuki mengamuk. Ia sedang mengatakan “Beraninya kau mengenai Arare…!” ketika sebuah tendangan mengenainya.
“Brengsek!”
Nagatsuki dengan wajah merahnya bergabung dalam perkelahiannya. Ia mengayunkan peluncur torpedonya seperti sebuah pedang, amukannya membuat mereka mencurigai apakah pabrikannya berbohong soal keseimbangan kelas Mutsuki yang buruk dan lemah agar mereka dapat menerima lebih banyak pesanan.
Akebono tertendang. Ushio yang sedang memeganginya juga terkena tendangan. Itu merupakan ulah Arare. Ia mengikuti perkelahiannya entah sejak kapan. Sepertinya ia masih menyimpan dendam terhadap pukulan yang mengenainya tadi. Ia sangat serius dari caranya memakai topi gadis kapal perusaknya yang khas yang ia kenakan ke belakang. Ia tidak pernah terlihat semarah ini bahkan ketika di Kure. Untuk mengimbangi kekurangan tubuhnya yang kecil, ia melakukan tendangan berputar seperti sebuah tornado.
“Wow, bagus sekali. Kalian benar-benar sudah gila.”
Satsuki yang mencoba untuk tetap menjadi penonton juga ikut terseret. Ia terpental terbalik, wajahnya terbenam di permukaan laut. Ketika ia berdiri, ia mengerutkan alis sembari melemparkan pukulan tanpa memedulikan siapa yang telah memukulnya. Meskipun penampilannya terlihat ramping, tubuhnya merupakan tubuh yang terlatih dengan latihan otot. Mungkin ia memiliki kebanggaan tersembunyi yang membuatnya tidak ingin kalah dari gadis kapal perusak biasa. Ia bergabung dalam perkelahiannya dengan penuh energi, seakan-akan ingin mengatakan ‘Kalian semua akan kuberi pelajaran!’
Sebuah perkelahian jalanan terjadi, padahal mereka berada di atas laut. Kagerou menjadi pucat, menyadari bahwa mereka melakukannya di tengah-tengah latihan, ia hampir ingin pingsan.
“Tunggu, hentikan! Para penjelajah berat dan kapal tempur juga sedang menonton! Berhenti—”
Di tengah-tengah mengatakan hal tersebut, wajah Kagerou terkena torpedo latihan yang dilemparkan oleh entah siapa dan entah dari mana. Ia hampir terjungkal jatuh.
Ia hampir saja terjatuh, namun ia dapat mempertahankan pijakannya.
Perlahan-lahan, ia mengambil torpedo yang terlempar tersebut.
“Ge…Gerombolan bodoh ini!”
Ia kehilangan kesabaran, dan sekarang semuanya terlihat seperti musuh baginya. Dunia ini sudah tak memiliki harapan lagi. Aku yakin aku tidak akan bisa menjadi seorang pengantin kecuali jika aku mengalahkan mereka semua. Kalau begitu, akan kuberi mereka pelajaran dan kubuat mereka menjadi rata dengan tanah. Kalian semua akan kujadikan pijakan kaki untuk melanjutkan jalan hidupku.
Kagerou melemparkan torpedonya untuk mengikuti perkelahiannya. Akhirnya, tidak ada yang tersisa dari kelompok mereka untuk menghentikan perkelahiannya.
Atago yang menonton dari kejauhan bergerak mendekat. Takao di sampingnya pun juga datang mendekati.
Keduanya sedang memperhatikan perkelahian Kagerou dan yang lain dengan heran.
“Ini merepotkan. Pertengkaran antar kapal perusak ya, sudah lama aku tidak melihatnya.”
Takao mengalihkan pandangannya ke Atago.
“Jadi apa yang harus kita lakukan?”
“Hmm… Menghentikan mereka adalah tugasku sebagai kapal sekretaris, 'kan.”
Atago menghela napas setelah mengatakan hal tersebut. Takao bertanya padanya.
“Bagaimana kamu akan menghentikan mereka?”
“Seperti ini.”
Atago mengarahkan meriam 20.3cm dua larasnya ke arah gadis kapal yang sedang bertengkar.
“Oke semuanya~, kalau kalian tidak menghentikannya dalam tiga detik, aku akan menembak lho~. Satu~, dua~…”
Ia mengumumkannnya dengan tersenyum
“Tiga~.”
Aneh, apa dia memang berniat untuk menembak dari awal dengan suara kecil itu? Ketika Takao memikirkan hal tersebut, cipratan air raksasa menyelimuti Kagerou dan yang lainnya.
Gedung Kantor Distrik Angkatan Laut Yokosuka. Di dalam ruangan kapal sekretaris Atago.
Seluruh anggota Divisi Perusak ke-14 sedang berbaris dengan penuh luka di sekujur tubuh mereka dan basah kuyup mulai dari ujung kepala.
Atago sedang duduk di kursinya.
Ia tidak terlihat terlalu terheran. Ia masih tersenyum seperti biasa. Ia tidak mengatakan apapun dan hanya memandang mereka, dan rasanya entah mengapa menyeramkan.
“…Kejadian yang sangat disesalkan ini…”
Atago akhirnya mulai berbicara. Kagerou kaget mendengarnya.
“E…Uh… Anu…”
“Tolong diam. Aku bukan ingin mengatakan bahwa pertengkaran antar gadis kapal tidak pernah terjadi, tapi kurasa berkelahi di tengah latihan dan di depan mata kapal sekretaris belum pernah terjadi sebelumnya.”
“Tapi…”
Pandangannya berpindah ke arah Kagerou. Menghadapi tatapan tajam dan senyumannya, ia buru-buru menutup mulutnya.
“Tidak hanya aku, bahkan Takao juga menyaksikannya. Para kelas Kongou juga. Dengan banyak orang menyaksikannya, mustahil bagiku untuk membiarkan hal ini begitu saja. Apa kalian akan memilih hukuman kalian sendiri? Ataukah kalian lebih memilih agar laksamana yang menentukannya?”
Semuanya gemetar ketakutan. Jika laporannya sampai ke laksamana, itu tidak akan menjadi sebuah masalah yang remeh. Hukumannya akan berubah, dan yang paling ringan adalah menjadi tahanan rumah, sementara dalam skenario terburuk, perlengkapan mereka akan disita dan dijadikan bahan modernisasi lalu mereka akan dikeluarkan dari distrik angkatan laut. Kemudian, nama dan gambar mereka akan beredar dan menjadi bahan tertawaan.
Ushio mulai berbicara.
“I-itu…semua salahku…”
Kata-katanya menjadi sebuah pemicu, lalu semuanya mulai berbicara seperti sebuah bendungan yang jebol.
“Aku tidak mau menjadi tahanan rumah! Akebono yang pertama kali memulainya!”
“Aku hanya terseret mengikutinya. Itu bukan tanggung jawabku.”
“…Aku… tidak mau dihukum…”
Akebono tidak mengatakan apapun. Ia hanya memandangi langit-langit dengan jengkel.
Atago menghela napas untuk pertama kalinya ketika melihat para gadis kapal perusak membela diri mereka sendiri.
“…Ya ampun…”
Para gadis kapal perusak tersebut masih melanjutkan pembelaan mereka. Suaranya perlahan-lahan menjadi lebih keras.
Atago berkata dengan heran.
“Cukup. Mengabaikan perkelahian kalian dalam latihan tidak diperbolehkan oleh aturannya. Untungnya, tidak ada yang terluka parah, jadi hal ini tidak akan menjadi masalah yang besar. Untuk sementara waktu, kalian dilarang untuk pergi keluar.”
Mereka terkejut. Meskipun distrik angkatan laut memiliki tempat makan dan fasilitas rekreasi sendiri, tetap saja bersantai di luar lebih menyenangkan. Sebagai divisi perusak, waktu yang mereka habiskan ketika bergantian pergi keluar pada hari libur adalah waktu yang berharga.
Kagerou dengan cepat menyela.
“Hukumannya cukup berat untuk sebuah pertengkaran mau dilihat bagaimanapun juga.”
“Kagerou-san, aku berniat untuk memberikan hukuman yang sedikit lebih berat untukmu, karena kamu adalah pimpinannya.”
“K-Kenapa aku—!”
“Tolong diam.”
Kagerou tidak dapat berkata-kata karena mendengar ketegasan suaranya dan melihat pandangan matanya.
“Kalian boleh keluar.”
Semuanya satu per satu keluar dari ruangan Atago menuju lorong.
Mereka pergi dari bangunan kantor tersebut ke arah asrama kapal perusak tanpa bersuara.
Semuanya memiliki suasana yang seakan-akan menandakan bahwa mereka tidak ingin berbicara. Bahkan, sepertinya berjalan pun rasanya sangat merepotkan.
Kagerou menyipitkan matanya karena terkena sinar matahari. Ia mendongak ke atas untuk melihat angkasa.
Cuacanya cerah sekali. Ini hampir sore, tapi langitnya masih biru. Langit biru ini pastinya masih sama sepanjang dan sejauh pelabuhan Kure. Warna udaranya pun juga bersih dan indah.
Ia merasa hampa.
Mereka bertengkar di depan Atago. Saling memukul di depan Takao. Saling menendang di depan Kongou, saling berteriak di depan Hiei, saling bergulat di depan Haruna, dan terguyur air laut di depan Kirishima.
Kita tidak mungkin akan mendapatkan reputasi yang bagus dengan hal ini. Kita berada pada tingkat di mana kita akan dilabeli sebagai gadis kapal dengan peringkat terburuk dan divisi perusak bodoh yang saling berkelahi satu sama lain. Belum lagi, atasan kita juga akan mengetahuinya. Hal yang terburuk adalah kita tidak dapat mencegahnya terjadi.
Padahal, pagi ini aku sangat bersemangat. Aku telah bertekad untuk menunjukkan hal-hal yang hebat di depan kapal sekretaris dan para kapal tempur kali ini.
Tapi, kenapa jadi seperti ini?
Kagerou dipenuhi oleh rasa hampa. Muncul kekosongan di dalam hatinya.
Tiba-tiba, sebuah perasaan meluap di dalam dirinya.
Perasaan itu adalah kesedihan.
Aku percaya bahwa aku dapat melakukannya di mana pun aku berada selama aku menggunakan apa yang telah aku raih selama ini, apa yang telah aku pelajari di Etajima, dan apa yang telah aku latih di Kure. Aku bahkan telah berjanji pada Shiranui untuk berusaha sebaik mungkin dalam suratku padanya. Menyadari bahwa itu semua hanya berakhir dengan sia-sia, kesedihanku menjadi sangat jelas.
Kagerou menundukkan kepalanya. Air mata mulai bermunculan.
“U…u…uu…”
Meskipun ia berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, ia tidak dapat menghentikan air matanya.
“Semuanya… Maaf… Maafkan aku….”
Semuanya menghentikan langkah kaki mereka ketika mendengarnya. Kagerou berkata sembari meneteskan air mata.
“Aku… Aku ini seorang idiot… Aku hanya melakukan hal yang sia-sia… Padahal aku telah berjanji untuk berusaha sebaik mungkin, tapi aku tidak bisa melakukan apapun… Aku hanya memaksa kalian…”
Perasaannya tertumpahkan satu per satu. Ia menyadari bahwa menangis di depan orang lain merupakan hal yang memalukan, namun ia sudah tidak dapat menahannya lagi.
“Padahal Nagatsuki dan Arare…sudah melakukannya dengan baik… Satsuki juga, Ushio juga, bahkan Akebono juga… Padahal… Padahal semuanya merupakan kapal perusak yang mengagumkan… Aku… karena aku tidak berusaha dengan keras… hanya menyusahkan… Padahal aku pemimpinnya… padahal aku seorang kapal perusak juga…”
Ia mencucurkan air mata. Tetesan air matanya terjatuh dan membasahi tanah.
“Aku minta maaf… Aku benar-benar minta maaf…”
Suasana tegangnya menghilang, dan perasaannya tertumpahkan tanpa henti. Ketidakdewasaaannya sendiri dan penampilan dirinya yang menyedihkan bergabung menyatu dan membuat hatinya terasa seperti ingin meledak.
Kagerou hanya dapat mengekspresikan perasaan tersebut dengan menangis.
Para gadis kapal yang lain sedang memandangi Kagerou.
“…Itu tidak benar!” Nagatsuki tiba-tiba berbicara. “Seharusnya aku yang meminta maaf. Padahal Kagerou sudah sangat baik kepadaku… Aku bahkan… masih belum memiliki rasa percaya diri terhadap diriku sendiri. Aku lah yang seharusnya…”
Ia juga menitikkan air mata.
Gadis kapal yang lain juga mulai berbicara dengan menangis.
“Aku… Aku juga… Kalau Kagerou tidak ada di sini, aku pasti hanya akan sendirian! Kagerou telah memberikan rasa percaya diri padaku!”
“Aku juga sama. Karena Kagerou-san mau menerimaku… Aku jadi bisa berusaha sejauh ini…!”
“… Ini…bukan salah Kagerou… Aku sendiri…”
Satsuki, Ushio, dan Arare semuanya menangis. Kata-kata Kagerou menggerakkan perasaan mereka hingga mereka menitikkan air mata.
Tidak ada orang yang menikmati menjadi orang yang gagal. Tidak ada orang yang bahagia ketika dipermalukan.
Semuanya merasa frustrasi.
Mereka tidak ingin Divisi Perusak ke-14 dianggap sebagai pecundang.
Mereka saling memeluk satu sama lain secara spontan. Mereka menangis sembari saling berpelukan.
Hanya ada seorang gadis yang menjaga jarak.
Ia berdiri diam dan memalingkan pandangannya.
“Inilah kenapa aku tidak menyukai kapal perusak…”
Akebono tidak mengeluarkan air mata. Mustahil untuk mengetahui apa isi hatinya.
Note :
[1] : Houraigeki-sen atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Surface Actions mengacu pada pertempuran yang terjadi ketika menemui kapal permukaan tanpa adanya kapal selam atau pesawat terbang, yang artinya pertempurannya akan dilakukan dengan menggunakan meriam dan torpedo saja.
No comments:
Post a Comment