Kagerou, Batsubyoushimasu! Jilid 1 Bab 3 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 3: Api

Bagian 2

 Keesokan harinya.

 Kagerou tidak dapat memejamkan matanya sepanjang malam hingga akhirnya disambut oleh terompet pagi saat ia akhirnya dapat tertidur untuk sesaat saja. Ia keluar dari tempat tidurnya sembari menahan nyeri ototnya, berpakaian, kemudian pergi untuk sarapan. 

 Ruang Makan Perwira Pertama[1] adalah tempat di mana para gadis kapal perusak makan. Pada dasarnya, itu adalah ruang kafetaria, namun secara tradisional disebut demikian. 

 Sebuah divisi perusak mendapatkan sebuah meja untuk makan bersama. Kagerou dan seluruh anggota Divisi Perusak ke-14 memakan sarapan mereka dengan muram.

 Setiap divisi perusak penuh dengan gadis-gadis dengan usia muda, jadi setiap meja sangat penuh dengan semangat. Mereka berada pada usia di mana mereka seharusnya penuh dengan gelak tawa memainkan pemintal benang baja kecil. Oleh karena itu ruangan tersebut tentunya penuh dengan suara yang melengking. 

 Sementara itu, Kagerou dan grupnya terlihat seperti seakan-akan mereka baru saja menyelesaikan upacara Wake[2] di hari sebelumnya karena latihan yang mereka jalani kemarin. Bukan hanya itu, bahkan latihannya pada akhirnya tidak berjalan dengan lancar. Meskipun manuver armada merupakan hal yang mendalam, itu masih merupakan hal yang paling mendasar. Karena mereka tidak dapat melakukannya, tentu saja mereka merasa sangat lesu. 

 Beberapa gadis kapal perusak berbisik satu sama lain ketika mereka melihat Kagerou yang sedang menahan rasa sakit dalam tubuhnya dengan wajah murungnya.

 Ia mencoba mendengarkan mereka sambil berpura-pura bersikap cuek dan mendengar rumor semacam “Kudengar kelas Kagerou itu dipaksa untuk mengurus Akebono,” dan “Wow, itu hal terburuk yang dapat terjadi padanya.”

 Ia menganggap hal tersebut merupakan hal yang wajar, namun ia merasa tersinggung ketika ia mendengar “Mereka bahkan tidak bisa melakukan manuver armada, dan sepertinya mereka berada pada tingkat di mana mereka sampai dijadikan bahan ejekan oleh Akebono.” Meskipun hal tersebut memang benar, mereka masih berlatih mati-matian. Lihat saja kondisi tubuh mereka. 

 Bisikan tersebut terus berlanjut. 

“Meja itu, kudengar mereka disebut Divisi Perusak ke-14.”

“Aku tidak pernah mendengarnya.”

“Itu lho yang isinya para sisa-sisa. Mereka semua gadis-gadis yang semacam itu.”

“Katanya bahkan kapal nama kelas Kagerou juga hanya seorang gadis yang biasa-biasa saja.”

 Ngapain sih, itu bukan urusan kalian. Kalau saja Shiranui di sini, lihat saja, kalian hanya akan menjadi gerombolan menyedihkan. Kami berdua akan mempermalukan kalian di laut dengan alasan pertempuran malam.

 Namun partner lamanya tidak di sini, jadi Kagerou hanya dapat membantah dalam hati. 

 Sarapan hari ini terdiri atas nasi yang dicampur oleh barli dan sup miso talas. Ada juga terong yang diasinkan dan juga rumput laut kering tsukudani.[3] Mereka harus aktif bergerak, jadi bumbunya dibuat supaya penuh dengan aroma dan rasa yang kuat. Namun ia sedang memikirkan sesuatu sehingga ia tidak dapat merasakan bumbunya.

 Lagipula Kagerou sudah mulai memikirkan suatu cara untuk mengembalikan posisi mereka yang dianggap sebagai sisa-sisa entah bagaimana pun caranya.

 Divisi Perusak ke-14 memang dianggap sebagai kumpulan para sisa-sisa dan belum dianggap penting, namun mereka seharusnya masih dapat merangkak keluar dari posisi tersebut. Saat ia masih di Kure, gadis kapal adalah seseorang yang dianggap dapat menunjukkan kemampuan untuk ‘memberikan makna yang baru untuk kata ‘tekad’ yang ada dalam kamus.’

 Untuk sementara, ia ingin melakukan sesuatu terhadap suasana yang mirip pemakaman ini serta tubuhnya yang terasa sakit.

 Kagerou mencoba mengatakan sesuatu, namun secara tidak terduga, Akebono mengatakan sesuatu lebih dulu.

“Rasanya menyebalkan, bukan?” Ia satu-satunya yang terlihat penuh semangat di antara mereka. “Kenapa kalian tidak mencoba mengatakan sesuatu setidaknya? Makanan yang kutunggu-tunggu akan menjadi tidak busuk jika kalian hanya diam saja.”

“… Normalnya kau tidak seharusnya berbicara ketika makan,” kata Nagatsuki.

 Di antara anggota lain yang terlihat patah semangat, hanya ia yang tetap menegakkan punggungnya meski ia berwajah muram sembari memakan sarapannya dengan benar.

“Jadi diamlah dan lanjutkan makanmu, Akebono.”

“Kau ini ngomong apa sih. Aku penasaran kenapa kelas Mutsuki selalu saja berlebihan dalam segala hal.”

 Akebono mengibas-ngibaskan sumpitnya.

“Kenapa kau tidak hentikan saja sikap terlalu serius mu itu dan hidup lebih bebas?”

“Aku terlahir seperti ini.”

“Terlahir seperti ini? Oh, jadi kau mempunyai sifat bodoh untuk melindungi kapal perusak lain sejak kau masih bayi? Pasti ini pengaruh sang ibu yang menceraikan sang ayah karena kekerasan rumah tangga atau semacamnya, ya?”

“Tugas kapal perusak yang sesungguhnya adalah melakukan pengawalan. Aku percaya bahwa tugas kapal perang yang sesungguhnya adalah melindungi yang lemah.”

“Jadi kapal perusak termasuk kapal perang, ya?”

“Jangan mencari-cari kesalahan dari apa yang aku katakan. Apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan seorang pun sendirian.”

 Tiba-tiba, ekspresi Akebono berubah. Ia menaruh sumpitnya di atas meja.

“Kapal perusak dungu ini! Kau hanya mengatakan hal-hal yang bahkan tidak bisa kau lakukan dan itu sangat membuatku muak!”

 Nagatsuki terkejut dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba, namun dengan cepat membalas.

“Memangnya apa salahnya melindungi yang lemah?”

“Apa salahnya? Oh, ya, aku tau. Aku tau kalau di antara kapal perusak, kelas Mutsuki mempunyai desain yang paling buruk.”

“Itu tidak ada hubungannya dengan hal yang kita bicarakan.”

“Kalau kau paham tentang itu, seharusnya kau juga paham bahwa kau lah yang seharusnya perlu dilindungi”

“Apa katamu?!”

 Nagatsuki meninggikan suaranya dan berdiri dari kursinya.

“Aku tidak sepertimu! Jangan mengatakan hal-hal yang tidak bisa kau lakukan padaku!”

“Kau takkan bisa melindungi siapapun!”

 Keduanya saling memelototi satu sama lain dari ujung meja masing-masing.

 Seluruh pandangan di Ruang Makan Perwira Pertama tertuju pada meja mereka. Tanpa disadari, banyak yang menghentikan percakapan dan sarapan mereka untuk melihat apa yang terjadi.

 Hal yang serupa juga terjadi pada anggota Divisi Perusak ke-14 yang lain. Kagerou tersentak kaget, Satsuki memandang dengan heran, Ushio terlihat gugup, sementara itu hanya Arare yang secara otomatis memakan sarapannya. 

 Nagatsuki dan Akebono saling memandangi satu sama lain, seakan-akan memunculkan percikan. Ini merupakan momen yang sangat kritis. Rasanya seperti mereka akan mulai berkelahi jika ada seseorang yang batuk. 

 Kemudian muncul suara dari arah yang berlawanan.

“Selamat pagiii, semuanya!”

 Atago, sang kapal sekretaris dengan seragam birunya memasuki Ruang Makan Perwira Pertama.

 Para gadis kapal perusak mencoba berdiri dengan panik, namun Atago menghentikan mereka dengan isyarat tangannya.

“Ah, tidak perlu berdiri, tetaplah duduk, tidak apa-apa.”

 Para gadis kapal yang setengah berdiri kemudian duduk kembali seperti semula. Nagatsuki dan Akebono kehilangan kesempatan mereka dan juga kembali duduk.

 Atago berdiri di tempat yang mudah dilihat oleh semuanya.

“Tolong dengarkan aku selagi kalian makan. Sebenarnya, ada sesuatu yang harus kukatakan pada kaliaaan.”

 Tidak ada gadis kapal yang dapat melanjutkan makannya ketika diberitahu hal semacam itu oleh kapal sekretaris. Mereka memfokuskan perhatian mereka agar dapat mendengarkan sepatah demi sepatah kata yang akan diumumkan olehnya.

 Atago tersenyum lebar.

“Kami akan mengadakan latihan spesial untuk para kapal perusak 2 minggu yang akan datang dari sekarang.”

 Kata ‘latihan’ membuat para gadis kapal perusak tersentak.

“Seluruh divisi perusak akan mengikutinya. Hasilnya akan kami nilai dan kami laporkan ke laksamana.”

 Suara yang tak tergambarkan memenuhi Ruang Makan Perwira Pertama.

 Beberapa di antaranya berupa “Mendadak sekali!?!” atau “Untung saja bukan tiba-tiba,” atau “Menang nih!”

 Latihan bagi gadis kapal biasanya dilakukan dengan rekan yang berpura-pura bertindak sebagai musuh, lalu mereka diharuskan untuk menembakkan peluru latihan yang kemudian akan dinilai apakah mereka mengenai sasaran atau tidak. Setelah itu, skornya akan diperhitungkan dan mereka akan diberi poin. Terkadang mereka juga menembakkan peluru sungguhan ke kapal sasaran. Pengalaman semacam itu sangat berguna ketika dipraktekkan, sehingga latihannya sering dilakukan di setiap distrik angkatan laut, dan tidak jarang kapal perusak saling berlomba satu-sama lain seperti yang Atago katakan.

 Kebanyakan gadis kapal perusak merasa senang untuk mengikutinya. Gadis-gadis yang menyukai latihan semacam ini anehnya memang para kapal perusak. Namun adanya kata ‘spesial’ menarik perhatian mereka.

 Atago melanjutkan, “Karena latihan biasa tidak terlalu menghibur, kami akan menggabungkannya ekspedisi pada latihan kali ini. Setiap divisi perusak akan melakukan misi pengawalan maritim, dan divisi dengan poin terbanyak akan menang.”

 Suara terkesiap dapat terdengar di antara mereka.

 Tujuan utama mengapa ekspedisi dilakukan hanyalah untuk mendapatkan sumber daya. Misi pengawalan maritim dilakukan untuk melindungi konvoi yang membawa sumber daya yang dibutuhkan. Secara sekilas, misinya terlihat mudah, sehingga kapal perusak sering ditugaskan untuk misi tersebut.

 Namun kali ini latihannya lebih menegangkan daripada latihan yang biasanya. Meski mereka jarang menemui Armada Laut Dalam, mereka masih dianggap dalam kondisi tempur.

 Fakta bahwa latihannya diberi label ‘latihan spesial’ menunjukkan perasaan Atago. 

“Serangan terhadap konvoinya akan dilakukan oleh para kapal penjelajah dan kapal tempur. Mereka juga akan menjadi pengawas latihan untuk memeriksa apakah pengawalannya berjalan dengan baik atau tidak. Kalian tidak boleh setengah-setengah, oke?” 

 Ia terlihat senang mendengar kericuhannya.

“Bukan hanya itu, agar semuanya termotivasi, kami telah menyiapkan hadiah yang mewah bagi divisi perusak dengan hasil yang terbaik~.”

 Teriakan penuh semangat bermunculan.

“Pertama-tama, pemenang untuk posisi ketiga akan menerima kupon makan es krim spesial buatan Mamiya-san sepuasnya.”

 Teriakan gempar menyebar ke seluruh ruangan. Seluruh manisan spesial buatan Mamiya sangatlah lezat, tidak peduli yang seperti apapun bentuknya. Tidak ada gadis kapal yang tidak menantikannya.

“Posisi kedua akan menerima ajakan makan malam berdua bersama Akagi-san.”

 Terdapat keraguan di antara sorakannya kali ini.

“Kemudian untuk posisi pertama… Panpakapa~n!”

 Kagerou bertanya pada Satsuki dengan suara yang pelan, “Apa itu Panpakapan?”

“Itu slogan favoritnya.”

 Atago mengumumkan hadiahnya di saat yang sama ketika ia menggumamkan “Rasanya seperti pembukaan toko baru saja.”

“Hak untuk memanggilku ‘Kakak’ untuk seumur hidup kalian~!”

 Waa, prok, prok, prok. Ia bertepuk tangan untuk dirinya sendiri.

 Para gadis kapal perusak saling memandang satu sama lain dan terlihat enggan. Semuanya mengetahui tentang kebiasaannya yang selalu mencoba membuat orang lain memanggilnya ‘Kak.’ Bisikan-bisikan “Apa hadiah posisi pertama dan ketiga tidak tertukar?” terdengar di mana-mana.

“Sepertinya semuanya cukup senang dengan hadiahnya.”

 Terdapat suara pelan yang mengatakan “Aku nggak yakin soal itu,” namun ia tidak mendengarnya.

“Akan aku beritahukan tanggal dan waktunya secara lebih detail secepatnya. Sampai saat itu tiba, tetap berlatihlah dengan keras, semuanya.”

 Atago meninggalkan ruangan dengan wajah yang terlihat cukup puas.

 Semuanya melanjutkan makan dengan suasana yang aneh di Ruang Makan Perwira Pertama. Percakapannya berupa “Makan malam dengan Akagi-san artinya kamu harus bisa menghabiskan semuanya, ‘kan?” atau “Memangnya bagaimana caranya agar bisa mendapatkan posisi ketiga?” dan semacamnya.

 Kagerou pun juga sedang memikirkan kata-kata Atago dalam benaknya.

 Apa jangan-jangan ini kesempatan kita? Terlepas dari hadiahnya, jika kita menang, kita dapat memperbaiki reputasi kita. Ini bisa menjadi kesempatan emas untuk menjadi dikenal orang-orang, karena saat ini tidak ada yang mengenal Divisi Perusak ke-14, dan kalaupun ada, itu karena reputasi jelek kita. Hal yang serupa juga pernah terjadi di Kure, di mana aku berlatih keras bersama Shiranui dan yang lain untuk memenangkannya.

 Lagipula, yang terpenting adalah ini dapat kugunakan untuk menyatukan semuanya. Divisi perusak yang bahkan tidak dapat melakukan manuver armada sesuai standar akan terlahir kembali.

 Ia memberitahukan niatnya pada yang lain dengan suara yang pelan, “Semuanya, dengarkan aku. Ayo lakukan latihan ini. Target kita adalah peringkat pertama.”

 Satsuki terlihat heran.

“Apa kamu sebegitu inginnya untuk memanggilnya ‘Kakak’?”

“Dia sudah membuatku memanggilnya begitu, dan bukan itu maksudku. Kita ini kapal perusak, ‘kan? Wajar 'kan, jika ingin menang?”

“Yah, kamu benar, sih…”

“Kalau begini terus, jangankan dijadikan bahan olok-olokan, kita malah akan dianggap sebagai beban. Kita mau tidak mau harus memperbaiki reputasi kita mulai dari saat ini juga.”

“Ohhh, kamu penuh tekad, ya?”

“Tentu saja. Ini kesempatan kita untuk membuat nama kita dikenal di Distrik Yoko.”

“Aku oke-oke saja, sih, tapi entah yang lain.”

 Satsuki berkata sembari melihat gadis-gadis yang lain.

 Responnya lamban, atau lebih tepatnya, tidak ada. Nagatsuki dan Akebono masih terpaku pada pertengkaran mereka sebelumnya, Ushio masih merasa lesu karena tidak dapat menghentikan pertengkaran keduanya, sementara Arare tidak bergerak sama sekali seperti sebuah radio yang kehabisan baterai karena ia telah menghabiskan makanannya.

 Walaupun begitu, Kagerou tetap melanjutkan, “Aku yakin kita akan baik-baik saja. Kita bisa melakukannya. Ayo menjadi yang terbaik di Distrik Yoko.”

 Ia mengepalkan tangannya dan menggenggamnya dengan erat, dan hanya Satsuki yang merespon dengan “Ya!”




 Hari itu, Kagerou memasukin ruang belajar sebelum latihan dan asyik membaca buku-buku tentang pengawalan maritim. Ia harus memahami subjeknya dengan baik agar bisa menang. 

 Ketika di Kure, ia melakukan banyak misi, seperti pengintaian mendesak dan gladi bersih peninjauan angkatan laut.[4] Keduanya dikategorikan sebagai ekspedisi karena entah mengapa terdapat sumber daya yang harus dibawa pulang dalam misinya. Hanya saja, ia belum pernah mengikuti misi pengawalan.

“Emm, Haluan kapal akan paling aman ketika terlindungi oleh formasi berbentuk kipas, sementara sisi sampingnya akan terkena bahaya paling besar… Jadi artinya kami harus melindungi bagian sampingnya.”

 Ia bergumam pada dirinya sendiri sembari membaca buku tebal yang ia pegang. 

Dalam kasus mengawal dua kapal sekaligus, aturan umumnya adalah membentuk barisan horizontal… Untuk melindungi sisi sampingnya ya?"

 Untuk sementara, ia menghafalkan bagian-bagian yang mungkin berguna dan keluar dari ruang belajar dengan terburu-buru.

 Ia sampai di dermaga setelah menghafalkan informasi yang ia baca dalam satu jam yang seharusnya ia lakukan semalam. Ia mengatakan pada anggota divisi perusaknya yang berbaris di depannya, “Mulai hari ini, kita akan berlatih untuk mengawal konvoi. Karena target kita adalah posisi pertama, aku rasa akan lebih baik jika kita latihan kita terfokus pada hal tersebut.”

“Aku penasaran apakah divisi perusak lain juga melakukan hal yang sama,” kata Satsuki.

 Kagerou mengakuinya karena hal tersebut sangat wajar, “Tentu saja, jadi kita harus berlatih lebih keras daripada yang lain.”

“Aku sih tidak terlalu bisa melakukan manuver armada. Tapi manuver individu merupakan keahlianku!”

“Itu malah seharusnya menjadi alasanmu agar harus bisa melakukannya,” Kagerou menyemangatinya. “Kita akan meraih posisi pertama.”

 Ia memperhatikan wajah yang lainnya.

 Seperti yang ia duga, ia dapat melihat keraguan di wajah mereka. Satu-satunya yang merasa bersemangat hanyalah Satsuki, namun dia juga setengah berantusias dan setengah cemas. 

 Sisanya tak memiliki semangat sama sekali. Jangankan cemas, bahkan ada yang tidak menyukainya.

“Lagi-lagi mencoba melakukan hal bodoh,” Akebono seakan-akan mempertanyakan keputusannya. “Apa gunanya melakukan hal yang tidak mungkin kau raih?”

“Kita tidak akan bisa berkembang tanpa mencoba.”

“Buang-buang waktu saja.”

“Akebono memang lihai berlayar, namun gadis-gadis yang lain ‘kan tidak sehebat kamu.”

“Kalau begitu lakukan saja sesukamu.”

 Akebono menjawab dengan mengejek. Ushio mengulurkan tangannya sembari memanggilnya “Akebono-chan…” namun ia menepisnya.

 Kagerou mengeraskan suaranya untuk menyemangati mereka semua.

“Baiklah, Divisi Perusak ke-14 akan memulai latihan pengawalan konvoi mulai sekarang.”

“Yaa~!”

 Entah mengapa, suaranya muncul dari belakang.

 Kagerou terkejut dan buru-buru menengok ke belakang. Atago berada di belakangnya dengan wajah tersenyum.



 Atago melambaikan tangannya dengan ringan.

“Gadis dari Distrik Kure memang hebat ya, semangatmu sangat berbeda sekali. Aku akan menonton dengan seksama.”

“A-Atago-san?! Kenapa?!”

“Seharusnya ‘Kak’ 'kan?” Atago melanjutkan. “Kadang-kadang, mengawasi latihan para kapal perusak merupakan tugas yang penting. Tidak ada yang mengawasi Kagerou-chan, jadi aku akan mengawasi kalian dengan sukarela.”

 Kenapa jadi begini, sesal Kagerou. Di antara banyak orang yang mungkin mengawasi mereka, malah Atago yang datang. Bahkan jika mau tidak mau mereka harus diawasi, ia lebih memilih agar orang lain yang memiliki sifat yang kurang eksentrik yang mengawasi mereka.

“Tapi, bukannya Atago-san kapal sekretaris?”

“Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memikirkan laksamana. Dia mencoba untuk dimanja oleh Akagi-san, dan sekarang dia menjadi sasaran tembak panahnya Kaga-san~.”

 Laksamana itu selalu saja melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, Kagerou mengutuknya dalam hati.

 Kagerou mencoba menenangkan diri. Ia tetap harus berlatih dengan keras untuk meraih posisi pertama terlepas dari apakah ada yang mengawasi mereka atau tidak.

 Dalam latihan pengawalan konvoi, hal yang paling dibutuhkan adalah sesuatu untuk dilindungi. Oleh karena itu Kagerou menyiapkan sesuatu.

“Aku membawa ini sebagai ganti dari konvoi kapalnya, jadi bantu aku menaruhnya.”

 Benda yang ia persiapkan bukanlah model tiruan kapal. 

 Malahan, yang ia bawa hanyalah boneka yang berwarna abu-abu. Tingginya sedikit lebih pendek dari rata-rata tinggi orang, terdapat dua laras meriam yang menonjol keluar dari kepalanya, serta mengenakan pelampung ban. Tulisan ‘Zekamashi’ tertulis dari kiri ke kanan di pelampungnya.[5]

 Ia tidak hanya menyiapkan satu saja, namun banyak. Atago menggumamkan “Wah, imutnya…”

“…Turret… milik Shimakaze…?” Arare pelan-pelan berbicara. “Kenapa…?”

“Ini cuma boneka kok. Aku menemukannya di gudang, jadi aku membawanya ke sini. Lagipula, gudang isinya hanya ini,” jawab Kagerou. Dan karena ada banyak sekali bonekanya di gudang, ia meminta pada penjaganya untuk meminjamkannya pada mereka.

“Untuk apa… ini…?”

“Guling tidur!” Atago menjawab pertanyaan Arare. “Kamu bisa tidur dengan nyenyak jika kamu memeluk guling ini. Karena itu aku menaruhnya di gudang.”

“Aku merasa ini hanya akan membuat para atasan mengamuk…”

“Ini ide laksamana, lho.”

“……” 

 Hal tersebut terjadi karena laksamana merasa kesepian saat tidur sendiri dan meminta para gadis kapal untuk menemaninya tidur bersama, namun semuanya menolak. Alasan mengapa banyak sekali bonekanya adalah karena mereka mencoba membagikannya ke distrik angkatan laut dan pelabuhan lain. Seperti yang diduga, kapal penjelajah berat dan yang lebih tinggi menghentikan distribusinya, dan boneka-boneka yang kehilangan tujuan tersebut akhirnya mengendap di gudang. Sementara itu, tampaknya gadis yang bersangkutan, Shimakaze, merayakannya dengan menari heboh sambil meneriakkan “Rensouhou-channya[6] berlipat ganda!”

 Kagerou mengikat boneka-boneka tersebut dengan tali penyeret. Model kapal tiruan listriknya akan menariknya dari depan.

“Baiklah, ayo apungkan mereka.”

 Bonekanya mengapung di atas laut. Rasanya cukup surreal melihat boneka-boneka berpenampung ban bertulisan ‘Zekamashi’ mengapung sambil berbaris rapi seperti itu. 

“Posisikan diri kalian sesuai dengan instruksi yang akan kuberikan. Emm, aku, Satsuki, dan Ushio akan berada di posisi di samping kanan, sementara Nagatsuki, Arare, dan Akebono di samping kiri, oke?”

 Para gadis kapal perusak tersebut menempati posisi mereka masing-masing sembari memandangi boneka-boneka tersebut dengan ekspresi wajah yang skeptis. Akebono yang sebelumnya memprotes pun mengikuti perintah yang diberikan, meski dengan cemberut.

“Entah mengapa, rasanya Rensouhounya seperti memandangiku…”

 Satsuki bergumam merasa ngeri.

“Jangan pedulikan itu. Ini semua ‘kan cuma boneka, mana mungkin bisa bergerak sendiri.”

“Bukankah ada semacam lukisan wajah di kepalanya? Aku merasa apapun yang kulakukan seperti sedang diperhatikan.”

 Tubuh Satsuki gemetar ketakutan.

“Kamu tipe orang yang mudah ketakutan dengan cerita seram ya?”

“Iya…”

 Ini cukup merepotkan, pikir Kagerou, namun kemudian ia mendapatkan sebuah ide.

“Satsuki, tukar posisi denganku.”

“Eh, aku jadi yang memimpin?”

“Aku akan tetap menjadi pemberi instruksi, jadi jangan lari-lari seenaknya.”

“Ehh, tapi aku ingin melaju dengan kekuatan penuh.” 

 Kagerou membisikkan ke kuping Satsuki yang sedang cemberut, “Rensouhounya sedang mengawasimu lho.”

 Kagerou menempatkan Satsuki di posisi kapal pimpinan kemudian menyalakan model kapal tiruan yang akan menarik boneka-bonekanya.

 Model tiruan tersebut mulai bergerak maju sambil mengeluarkan suara mesinnya. Boneka-bonekanya bergerak karena ditarik olehnya.

“Semuanya, ikuti Satsuki sambil menjaga jarak satu sama lain.”

 Satsuki bergerak maju setelah Kagerou selesai mengatakan hal tersebut. 

 Semuanya berlayar mengikuti boneka-bonekanya, meski dengan kecepatan yang lambat.

 Mempertahankan formasi membutuhkan banyak keterampilan. Melihat ke depan saja tidak cukup, mereka harus memperhatikan samping mereka dan menjaga jarak pada saat yang sama. Belum lagi, karena mereka akan mengawal konvoi, mereka juga harus waspada terhadap serangan musuh. 

 Model penariknya mengeluarkan suara gemuruh. Kagerou kemudian berteriak, “Kita akan melakukan manuver Z sekarang!”

 Model penariknya berbelok ke kanan secara otomatis. Boneka-boneka yang ditarik juga ikut berbelok arah. Kagerou mengikutinya.

 Setelah beberapa saat, model penariknya berbelok ke kiri. Ia mengikutinya dengan hati-hati. 

 ’Manuver Z’ pada dasarnya adalah gerakan manuver zig zag. Gerakan berupa belok ke kanan kiri seperti huruf “Z” untuk menghindari serangan musuh. Meski manuver ini sangat efektif terhadap serangan pesawat, manuver ini juga sering digunakan oleh konvoi kapal yang sedang waspada terhadap serangan mendadak.

 Pengatur waktu model penariknya mulai berjalan, kemudian modelnya melakukan belokan yang lebih tajam. 

“Jangan biarkan formasinya berantakan… Bagaimana, Satsuki, kamu ternyata bisa, ‘kan? Kamu tidak terburu-buru sama sekali lho.”

 Satsuki yang berada pada posisi terdepan bergerak tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat, karena ia sedang menjaga jarak dari boneka-bonekanya.

 Ia tidak menoleh ke belakang. Ia sedang memperhatikan sisi sampingnya dengan sungguh-sungguh.

“Aku merasa seperti sedang diperhatikan…”

“Kalau kamu melarikan diri dengan maju sendirian, aku yakin bonekanya akan memunculkan diri untuk mengejarmu lho.”

 Satsuki menjerit “Hii,” ketakutan dan menjadi lebih berhati-hati.

 Kagerou menahan tawanya. Ia mengandalkan boneka-boneka tersebut untuk membuat Satsuki mengikuti perintahnya karena Satsuki tidak mau mendengarkan apa yang ia katakan. Tentu saja bonekanya tidak memiliki fungsi untuk mengawasi orang lain, tapi jika Satsuki berpikir demikian, maka itu tidak masalah.

“Bagus, Satsuki, ayo lakukan manuver yang lebih tajam. Belok kanan.”

 Mereka berbelok ke kanan.

“Belok kiri… Hyah!?”

 Bruk. Kagerou menabrak Ushio.

“Ya ampun, pertahankan formasinya.”

“M-maafkan aku. Gerakannya terlalu tiba-tiba…”

“Ini manuver Z, lho. Kamu harus bisa melakukannya dengan baik.”

“Emm… Bolehkah aku mengatakan sesuatu?”

 Ushio bertanya dengan takut-takut, jadi ia menjawab “Boleh kok.”

 Gadis itu membasahi bibirnya dengan lidahnya sebelum berbicara.

“Emm, anu, saat mengawal konvoi, kamu tidak boleh melakukan gerakan belok tiba-tiba. Kamu harus mengubah sudut gerakannya sedikit demi sedikit dan berulang-ulang untuk merubah haluannya.”

 Ushio menjelaskan dengan membuat isyarat dengan tangannya. Kesalahan Kagerou sedang ditunjukkan, namun ia tidak marah. Malahan, ia terkejut.

“Kamu benar-benar paham tentang hal ini, ya?”

“Susunan yang Kagerou-san buat berdasarkan “Teori Formasi Tempur Konvoi dan Posisi Gadis Kapal” bukan? Hanya saja, itu sudah diperbarui. Kudengar, akan lebih baik jika bagian depannya juga dilindungi dan bukan hanya melindungi bagian sampingnya ketika bertemu dengan Armada Laut Dalam. Ada beberapa kasus di mana serangannya datang dari depan…”

“Wow, detail sekali. Apa ini berdasarkan pengalaman?”

 Ushio terlihat terkejut menyadarinya. Ia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. 

“…Emm, ya, sedikit…”

“Hmmm. Baguslah, dengan begitu kita memiliki seseorang yang berpengalaman. Lagipula aku hanya membacanya dari buku.”

 Haha, tawa Kagerou.

“Apakah ada hal lain yang harus aku perhatikan?”

“Jika para gadis kapalnya terlalu memikirkan posisi satu sama lain, formasinya juga dapat menjadi berantakan. Menjaga agar hubungan antar gadis kapal tidak menjadi semacam itu juga penting…”

 Ushio melirik ke samping.

 Di arah pandangnya, Nagatsuki dan Arare sedang berlayar seakan-akan mereka sedang saling memeluk satu sama lain.

“Arare, aku akan melindungimu dengan lebih baik daripada konvoinya.”

“……”

 Di belakang mereka berdua, Akebono melaju dengan tatapan wajah yang menghina.

 Kagerou dengan buru-buru memanggil mereka.

“Nagatsuki! Arare! Kita sekarang sedang melakukan manuver Z lho! Kalian bisa bertabrakan jika kalian tidak fokus!”

 Seperti yang ia katakan, Nagatsuki dan Arare hampir menabrak boneka-bonekanya, dan Kagerou buru-buru menuju ke tempat mereka.“Kagerou-san, kakimu akan terjerat tali penariknya jika kamu bergerak dengan panik!”

“Wow, wow!”

 Kagerou melompat-lompat kecil begitu ia mendengar kata-kata Ushio. Akebono memasang wajah jijik lagi ketika ia memperhatikan mereka. 

 Kagerou terus melompat-lompat dengan terburu-buru.

“Aku akan jatuh! Aku akan jatuh!”

“Kagerou-san!”

 Di sisi lain, Satsuki berulang kali melakukan manuver Z sambil berkeringat dingin sementara boneka-boneka Rensouhou mengawasinya.



Note :

 [1] : Disebut demikian karena mengambil referensi dari Royal Navy Inggris yaitu “Gunroom” atau ruang senjata. Pada dasarnya merupakan ruang makan untuk perwira dengan pangkat di bawah letnan. Pada kapal layar kayu, ruangannya berada di bawah dek kapal, yang aslinya merupakan tempat menembak, namun meriamnya akan disingkirkan jika dijadikan ruang makan. Ruangan untuk perwira senior disebut “Wardroom” atau ruang bangsal.
 [2] : Upacara Wake adalah acara yang dilakukan sebelum pemakaman, yaitu upacara untuk menunggui dan mengawasi tubuh orang yang meninggal semalaman. Banyak orang salah mengira bahwa upacara tersebut aslinya dilakukan untuk berjaga-jaga jika sewwaktu-waktu orang tersebut bangkit dari kematiannya (mati suri) pada zaman dahulu, namun wake yang sebenarnya hanyalah upacara untuk menghormati orang yang telah meninggal supaya yang ditinggal dapat berinteraksi untuk yang terakhir kalinya.
 [3] : Tsukudani artinya diawetkan dengan cara dikukus dengan kecap dan mirin.
 [4] : Enforced Reconnaisance dan Naval Review Rehearsal merupakan ekspedisi yang ada di game aslinya. Tepatnya, Ekspedisi 5 dan 7.
 [5] : Kapal perusak Jepang tidak memiliki kode nomor di bagian lambungnya, namun diganti dengan nama kapalnya yang tertulis dari kiri ke kanan atau dieja secara terbalik jika menggunakan cara baca yang umum. Orang Jepang tetap membacanya seperti biasa karena mereka membacanya dari kanan ke kiri secara tradisional.
 [6] : Rensouhou biasanya diterjemahkan sebagai meriam dua laras, namun karena di sini konteksnya adalah nama panggilan, maka tidak diterjemahkan.

No comments:

Post a Comment